Sahabat Pena

Jumat, 17 Maret 2017

Memanusiakan Manusia



Teori Belajar Revolusi Sosiokultural dan penerapannya dalam Proses Pembelajaran
A.    Dasar terbentuknya teori belajar revolusi sosiokultural
Ada 2 tokoh yang mendasari terbentuknya teori belajar revolusi sosiokultural :
1.      Piaget
Belajar ditentukan karena adanya pengetahuan yang berasal dari individu. Siswa berinteraksi dengan lingkungan sosial yaitu teman sebayanya dibanding orang-orang yang lebih dewasa. Penentu utama terjadinya belajar adalah individu yang bersangkutan (siswa), sedangkan lingkungan sosial menjadi faktor sekunder. Keaktifan siswa menjadi penentu utama dan jaminan kesuksesan belajar, sedangkan penataan kondisi hanya sekedar memudahkan belajar.
Perkembangan kognitif merupakan proses genetik yang diikuti adaptasi biologis dengan lingkungan sehingga terjadi ekuilibrasi. Untuk mencapai ekuilibrasi dibutuhkan proses adaptasi (asimilasi dan akomodasi). Perolehan kecakapan intelektual akan berhubungan dengan proses mencari keseimbangan antara apa yang mereka rasakan dan ketahui pada satu sisi dengan apa yang mereka lihat suatu fenomena baru sebagai pengalaman atau persoalan.
. Menurut Piaget, dalam fenomena belajar lingkungan sosial hanya berfungsi sekunder, sedangkan faktor utama yang menentukan terjadinya belajar, tetap pada individu yang bersangkutan. Teori belajar semacam ini lebih mencerminkan ideologi individualisme dan gaya belajar sokratik yang lazim dikaitkan dengan budaya Barat yang mengunggulkan self-generated knowledge  atau individualistic pursuit of truth yang dipelopori oleh Sokrates.
2. Vygotsky
Jalan pikiran seseorang dapat dimengerti dengan cara menelusuri asal usul tindakan sadarnya dari interaksi sosial (aktivitas dan bahasa yang digunakan) yang dilatari sejarah hidupnya. Peningkatan fungsi-fungsi mental bukan berasal dari individu itu sendiri melainkan berasal dari kehidupan sosial atau kelompoknya.
Perolehan pengetahuan dan perkembangan kognitif sesuai dengan teori sosiogenesis yaitu kesadaran berinteraksi dengan lingkungan dimensi sosial yang bersifat primer dan dimensi individual bersifat derivatif atau turunan dan sekunder. Oleh karena itu, teori belajar Vygotsky disebut dengan pendekatan co-konstruktivisme artinya perkembangan kognitif seseorang di samping ditentukan oleh individu sendiri secara aktif, juga ditentukan oleh lingkungan sosial yang aktif pula.
B.     Prinsip-Prinsip Teori Revolusi Sosio-kultural
Ada 3 konsep penting dalam teori sosiogenesis Vygotsky tentang perkembangan kognitif sesuai dengan revolusi sosio-kultural dalam teori belajar dan pembelajaran
1.      Hukum genetik tentang perkembangan (genetic law of development)
Menurut Vygotsky, setiap kemampuan seseorang akan tumbuh dan berkembang melewati dua tataran, yaitu interpsikologis atau intermental dan intrapsikologis atau intramental. Pandangan teori ini menempatkan intermental atau lingkungan sosial sebagai faktor primer dan konstitutif terhadap pembentukan pengetahuan serta perkembangan kognitif seseorang. Sedangkan fungsi intramental dipandang sebagai derivasi atau keturunan yang tumbuh atau terbentuk melalui penguasaan dan internalisasi terhadap proses-proses sosial tersebut.
2.      Zona perkembangan proksimal (zone of proximal development)
Vygotsky membagi perkembangan proksimal (zone of proximal development) ke dalam dua tingkat. Pertama, tingkat perkembangan aktual yang tampak dari kemampuan seseorang untuk menyelesaikan tugas-tugas atau memecahkan berbagai masalah secara mandiri (intramental). Kedua, tingkat perkembangan potensial tampak dari kemampuan seseorang untuk menyelesaikan tugas-tugas dan memecahkan masalah ketika di bawah bimbingan orang dewasa atau ketika berkolaborasi dengan teman sebaya yang lebih kompeten (intermental). Jarak antara keduanya, yaitu tingkat perkembangan aktual dan tingkat perkembangan potensial ini disebut zona perkembangan proksimal. Zona perkembangan proksimal diartikan sebagai fungsi-fungsi atau kemampuan-kemampuan yang belum matang yang masih berada dalam proses pematangan.
3.             Mediasi
Menurut Vygotsky, semua perbuatan atau proses psikologis yang khas manusiawi dimediasikan dengan alat-alat psikologis berupa bahasa, tanda dan lambang, atau semiotika. Ada dua jenis mediasi, yaitu: pertama, mediasi metakognitif adalah penggunaan alat-alat semiotik yang bertujuan untuk melakukan self-regulation yang meliputi: self planning, self monitoring, self checking, dan self evaluating. Mediasi metakognitif ini berkembang dalam komunikasi antar pribadi. Kedua, mediasi kognitif adalah penggunaan alat-alat kognitif untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan pengetahuan tertentu atau subject-domain problem. Mediasi kognitif bisa berkaitan dengan konsep spontan (yang bisa salah) dan konsep ilmiah (yang lebih terjamin kebenarannya).

C.    Aplikasi Teori Sosio-kultural
Aplikasi teori sosio-kultural dalam pendidikan. Penerapan teori sosio-kultural dalam pendidikan dapat terjadi pada 3 jenis pendidikan yaitu:
1. Pendidikan informal (keluarga)
Pendidikan peserta didik dimulai dari lingkungan keluarga, dimana peserta didik pertama kali melihat, memahami, mendapatkan pengetahuan, sikap dari lingkungan keluarganya
2. Pendidikan nonformal
          Pendidikan nonformal yang berbasis budaya banyak bermunculan untuk memberikan pengetahuan, keterampilan, dan perilaku pada peserta didik, misalnya kursus membatik. Pendidikan ini diberikan untuk membekali peserta didik hal-hal tradisi yang berkembang di lingkungan sosial masyarakatnya.
3. Pendidikan formal
Aplikasi teori sosio-kultural pada pendidikan formal dapat dilihat dari beberapa segi antara lain Kurikulum, siswa, dan guru.
D.    Kelebihan dan Kekurangan Teori Revolusi Sosio-Kultural
Berdasarkan teori Vygotsky akan diperoleh beberapa keuntungan, di antaranya peserta didik memperoleh kesempatan yang luas untuk mengembangkan zona perkembangan potensinya melalui belajar dan berkembang. Pembelajaran perlu lebih dikaitkan dengan tingkat perkembangan potensialnya daripada tingkat perkembangan aktualnya. Kelebihan lainnya adalah pembelajaran lebih diarahkan pada penggunaan strategi untuk mengembangkan kemampuan intermentalnya daripada kemampuan intramental. Proses belajar dan pembelajaran tidak bersifat transferal tetapi lebih merupakan co-konstruktivisme, yaitu proses mengkonstruksi pengetahuan atau makna baru secara bersama-sama antara semua pihak yang terlibat di dalamnya.
Kelemahan dari teori revolusi sosio-kultural yaitu terbatas pada perilaku yang tampak, proses-proses belajar yang kurang tampak seperti pembentukan konsep, belajar dari berbagai sumber belajar, pemecahan masalah dan kemampuan berpikir sukar diamati secara langsung. Oleh karena itu, perlu diteliti mengenai perilaku pada proses belajar.

1 komentar:

  1. emperor casino - Shootercasino
    Our goal is kadangpintar to 바카라 develop 제왕카지노 a fun and easy-to-use slot for everyone to play. The aim is to create a fun and authentic experience for everyone to enjoy.

    BalasHapus