Sahabat Pena

Selasa, 31 Januari 2017

Belajar dan Pembelajaran




Hakikat dan Ciri-ciri Belajar dan Pembelajaran
            Belajar adalah usaha sadar yang dilakukan sesorang dan menyebabkan perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat. Dalam usaha belajar diharapkan terdapat perubahan tingkah laku yang lebih baik dari sebelumnya, bertambahnya pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan. Sehingga hakikat belajar merupakan perubahan tingkah laku. Cirri-ciri belajar menurut Djamarah (2002) adalah terdapat perubahan yang terjadi secara sadar, perubahan dalam belajar bersifat fungsional, positif aktif, dan mencakup keseluruhan aspek tingkah laku.
Mengajar adalah menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik. Piaget berpendapat bahwa pengetahuan dibentuk oleh individu. Sebab individu melakukan interaksi terus menerus dengan lingkungan. Lingkugan tersebut mengalami perubahan. Dengan adanya interaksi dengan lingkungan maka fungsi intelek semakin berkembang. Sedangkan pengajaran merupakan kegiatan mempersiapkan pengalaman belajar bagi peserta didik. Dalam pengajaran guru membimbing, membantu dan mengarahkan peserta didik untuk memiliki pengalaman belajar. Belajar pengetahuan meliputi tiga fase, yakni eksplorasi, pengenalan konsep dan aplikasi konsep.
Sedangkan pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar dan saling bertukar informasi. Guru berusaha untuk membantu siswa mau belajar sehingga didapatkan perubahan kearah yang lebih baik dari diri siswa. Pembelajaran merupakan susunan dari informasi dan lingkungan untuk memfasilitasi belajar. Penggunaan lingkungan ini bukan hanya di mana pembelajaran berlangsung, melainkan juga metode, media, peralatan yang diperlukan untuk memberikan informasi, dan membimbing siswa. Proses pembelajaran melibatkan juga pemilihan, penyusunan dan pengiriman informasi dalam suatu lingkungan yang sesuai dan cara siswa berinteraksi dengan lingkungan tersebut.
Teori belajar pada dasarnya mencari jawaban atau mengkaji pertanyaan mengapa perubahan-perubahan itu terjadi, bukan mengkaji bagaimana perubahan itu. Smaldino, Lowther & Russell (2011: 11) mengatakan bahwa belajar merupakan pengembangan pengetahuan baru, keterampilan, atau sikap sebagai akibat interaksi individu dengan suatu informasi atau lingkungan. Dalam pembelajaran dikenal istilah teori deskriptif dan teori preskriptif. Brunner mengemukakan bahwa teori pembelajaran adalah perskriptif karena tujuan utama teori pembelajaran adalah menetapkan metode yang optimal dalam pembelajaran. Sedangkan dalam belajar digunakan teori deskriptif karena tujuan utama teori belajar adalah memeriksa proses belajar.
Dalam teori belajar deskriptif
a.       Kondisi dan metode pembelajaran ==> given atau variable bebas
b.      Hasil pembelajaran ==> variable yang diamati atau variable tergantung
Dalam teori belajar preskriptif
a.       Kondisi dan hasil pembelajaran ==> variable yang diamati
b.      Hasil pembelajaran ==> variable bebas
Teori belajar  (Deskriptif) menaruh perhatian pada hubungan diantara variabel-variabel yang menentukan hasil belajar. Teori belajar menaruh perhatian pada ”bagaimana seseorang belajar”. Sebaliknya teori pembelajaran (Preskriptif) menaruh pehatian pada bagaimana seseorang mempengaruhi orang lain untuk belajar.
Pembedaan teori belajar (deskriptif) dan pembelajaran (preskriptif)  dikembangkan oleh Bruner, lebih lanjut oleh Reigeluth (1983), Gropper (1983), dan Landa (1983).
Menurut Reigeluth (Degeng, 1990) teori-teori dan prinsip pembelajaran yang deskriptif menempatkan variabel kondisi dan metode pembelajaran sebagai givens dan memberikan hasil pembelajaran sebagai variabel yang diamati. Dengan kata lain kondisi dan metode pembelajaran sebagai variabel bebas dan hasil pembelajaran sebagai variabel tergantung.
Hasil pembelajaran yang diamati dalam pengembangan teori preskriptif adalah hasil pembelajaran yang diinginkan (desired outcomes) yang telah ditetapkan lebih dulu, sedangkan dalam pengembangan teori deskriptif, yang diamati adalah hasil pembelajaran yang nyata (actual outcomes) dalam pengertian probabilistik, hasil pembelajaran yang mungkin muncul, dan bisa jadi bukan merupakan hasil pembelajaran yang diinginkan. Secara singkat dapat dikatakan bahwa teori pembelajaran preskriptif berisi seperangkat preskripsi guna mengoptimalkan hasil pembelajaran yang diinginkan di bawah kondisi tertentu, sedangkan teori pembelajaran deskriptif berisi deskripsi mengenai hasil pembelajaran yang muncul sebagai akibat dari digunakannya metode tertentu di bawah kondisi tertentu.

 



Kurikulum Jembatan Kesuksesanku



              Di dalam alam semesta terdapat matahari yang menjadi sumber kehidupan. Di dalam tubuh manusia terdapat jantung sebagai pusat kehidupan. Begitu juga di dalam pendidikan terdapat pusat kehidupan seperti matahari dan jantung yakni kurikulum. Kurikulum merupakan rencana pembelajaran dan juga pedoman pelaksanaan pendidikan. Dapat dikatakan bahwa kurikulum merupakan jalan pacu bagi pendidikan. Kurikulum sebagai pedoman pelaksanaan pendidikan harus membawa pesan dalam pelaksanaannya, baik nilai-nilai keimanan, ketaqwaan, sosial, dan lain sebgainya.
              Dalam menjalankan kurikulum semua unsur pendidikan harus mengetahui  tujuan dari dia belajar dan apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Seseorang harus terlebih dahulu sadar bahwa belajar merupakan nafas dan makanan bagi kehidupan. Dengan mengetahui pentingnya belajar, seseorang akan bisa menjalankan kurikulum dengan baik yang sesuai pancasila sehingga  tujuan pendidikan dapat tercapai. Sangat disayangkan bahwa di Indonesia ini masih sangat sedikit yang sadar akan pentingnya proses dalam belajar. Masyarakat Indonesia yang masih menjadi individu yang belum produktif, kreatif dan inovatif menyebabkan kalah bersaing dengan negara maju. Masyarakat indonesia berubah menjadi manusia yang konsumtif.
Sudah saatnya Indonesia harus BANGUN dan SADAR. Indoesia harus memahami Indonesia. Dengan bisa memahami jati diri dan sifat atau karakter bagsa Indonesia kurikulum bisa dibuat sesuai kebudayaan bangsa Indonesia. Dengan menjadi diri sendiri mari kita bertransformasi menjadi manusia unggul dan berintelektual tinggi dengan berlandaskan keimanan. PENDIDIKAN INDONESIA HARUS BERBASIS PADA KULTUR INDONESIA.
Resume mengenai kurikulum pendidikan ini saya kerjakan sendiri. Pertama-tama saya baca, saya fahami, kemudian apa yang telah saya fahami saya tulis dalam resuman ini. Tidak banyak yang saya tuliskan karena saya mematuhi apa yang bapak Hadi dawuhkan bahwa tuliskan apa yang kamu fahami dan jangan Copy paste. Semoga apa yang hari ini saya pelajari dapat bermanfaat. Amiin.

Minggu, 29 Januari 2017

Kurikulumku, Jantung Pendidikanku





Perkembangan Kurikulum di Indonesia, Dasar Filosofis dan Pendekatan Pembelajarannya

Kata “kurikulum” berasal dari bahasa latin yang berarti jalur pacu. Zais (1976) mengemukakan berbagai pengertian tentang kurikulum, diantaranya kurikulum merupakan proram pelajaran, isi pelajaran, pengalaman belajar yang direncanakan, pengalaman di bawah tanggungjawab sekolah dan rencana tertulis untuk direncanakan. Dalam UU RI no 2 tahun 1999 pasal 1 (9) menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar. Kurikulum memiliki beberapa komponen di dalamya seperti tujuan, materi, organisasi, dan evaluasi.
Dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan nasional telah mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, 2006 dan yang sekarang 2013.
1.      Kurikulum 1947 diberi nama rentjana pelajaran 1947. Kurikulum ini disebut juga pengganti system pendidikan kolonial belanda. Pada periode ini masih dalam periode memperjuangkan kemerdekaan Indonesia sehingga pendidikannya bertujuan untuk membentuk karakter manusia Indonesia yang merdeka, berdaulat, serta sejajar dengan bangsa lain di muka bumi. Di kurikulum ini tidak terdapat mata pelajaran agama. Pembelajaran mengacu kepada konsep pendidikan yang esensialis yaitu membaca, menulis dan berhitung. Bahasa daerah sebagai bahasa pengantar, sedangkan bahasa Indonesia baru dimulai diajarkan di kelas 3. Pendekatan yang digunakan dalam pengembangan kurikulum adalah pendekatan “discrete” yang menjadi cirri khas dari esensialisme. Pada pendekatan ini tidak terdapat korelasi dan fusi berbagai disiplin ilmu. Terdapat landasan filosofis pendidikan diantaranya peserta didik ditempatkan sebagai subyek dan fokus ke kepentingan utama.
2.      Kurikulum 1952 diberi nama rentjana pelajaran terurai 1952. Pada periode ini mengarah pada sistem pendidikan nasional dan isi pelajarannya dhihubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Pendekatan pembelajaran yang dilakukan adalah pembelajaran lebih mengarah kepada siswa.
3.      Kurikulum 1964 diberi nama rentjana pelajaran 1964. Pada periode ini pendidikan ditujukan untuk pembekalan di jenjang SD. Pembelajaran dipusatkan pada program pancawardhana (Daya cipta, karya, karsa, rasa, dan moral).
4.      Kurikulum 1968. Pada periode ini program pancawardhana diubah menjadi pendidikan jiwa pancasila, pengetahuan dasar dan kecakapan khusus.
5.      Kurikulum 1975 menekankan agar pendidikan lebih efisien dan efektif. Hal tersebut dipengaruhi oleh konsep menejemen berupa MBO (mangagement of objective). Metode, materi dan tujuan pengajaran dirinci dalam prosedur pengembangan system instruksional. Pada periode ini mulai dikenal satuan pelajaran.
6.      Kurikulum 1984, mengusung proses skill approach. Siswa ditempatkan sebagai objek belajar. Belajar dikelas harus dilakukan dengan maksimal dan efektif. Oleh sebab itu  sebelum memilih bahan ajar harus difikirkan secara matang tujuan yang harus dicapai oleh siswa.
7.      Kurikulum 1994. Pada periode ini system semester diubah menjadi caturwulan. Dengan perubahan tersebut siswa diharapkan dapat memiliki waktu yang cukup untuk menyerap banyak pelajaran. Tujuan pengajarannya menekankan pada pemahaman konsep keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan masalah. dasar filosofi yang dipakai dalam kurikulum ini adalah progresivisme. Oleh karena itu siswa harus aktif dalam belajar bisa dengan pemecahan masalah, penemuan, dan juga kooperatif.
8.      Kurikulum 2004 dikenal sebagai kurikulum berbasis kompetensi, yakni dikembangkan berdasarkan pendekatan kompetensi yang menekankan pada pengembangan kemampuan untuk melakukan tugas tertentu sesuai performance.
9.      Kurikulum 2006 dikenal dengan sebutan kurikulum tingkat satuan pendidikan. Pada periode ini guru diberi kesempatan untuk bebas merencanakan pembelajaran sesuai dengan kondisi siswa dan sekolah.
Dalam pendidikan terdapat 4 filsafat yang sudah dikenal sejak lama diantaranya Perenialisme, Esensialisme, Progresivisme, dan rekontruksionisme.
a.       Perenialisme mengembangkan kemampuan berfikir manusia dan memuka tabir kebenaran universal melalui pelatihan intelektual. Guru sebagai ahli bidang studi dengan pola pembelajaran ceramah. Siswa sebagai pihak penerima pengetahuan dan bersifat pasif.
b.      Esensialisme mengacu kepada hal yang esensial dalam belajar misalnya membaca, menulis, dan berhitung. Filsafat ini menekankan penguasaan keterampilan, pengetahuan dan konsep esensial.
c.       Progresivisme sedikit berseberangan dengan perenialisme karena pada progresivisme siswa harus aktif dan belajar. Belajar yang dilakukan dengan pemecahan masalah, penemuan, kooperatif. Guru sebagai fasilitator dan salah satu sumber belajar.
d.      Rekonstruksionisme dikembangkan atas dasar isu-isu social kemasyrakatan yang memuat pluralism budaya, kesamaan, dan berwawasan kedepan. Peran guru dan siswa dalam pembelajaran bisa berubah-ubah sesuai dengan fungsinya sesuai konteksnya.
Dalam pengembangan kurikulum tidak bisa dikatakan bahwa dalam pengembangan kurikulum yang berlaku mengikuti salah satu atau secara elektik dari aliran-aliran filsafat pendidikan diatas karena kita telah memiliki pancasila sebagai dasar Negara yang diyakini sebagai landasan ideal dalam mengembangkan pendidikan. Aliran-aliran filsafat diatas merupakan referensi tatkala hendak mengembangkan aspek-aspek kurikulum dengan tetap menjadikan pancasila sebagai landasan filosofi dalam mengembangkan langkah-langkah dan aspek-aspek kurikulum.  

Rabu, 25 Januari 2017

Pembelajaran Pertamaku. Life is choice

Belajar dan Pembelajaran

             Setiap ciptaan yang diciptakan memiliki jalan masing-masing. Mereka diberi hak untuk menentukan jalan hidup yang dipilihnya. Hidup dan pilihan merupakan dua kata yang tak dapat dipisahkan, seperti halnya jantung dan pembuluh darah. Engkau gunakan untuk apa hidupmu, itulah pilihanmu. Mengabaikan waktu ataupun memanfaatkannya. Dan hari ini aku memilih untuk mengisi waktuku, belajar mengutarakan setiap kata dan merangkaikannya, seperti hamparan galaksi di angkasa luar.
         Hmmm...aku sadar, belajar mengungkapkan merupakan hal yang penting. tidak hanya diam, mengikhlaskan dan mengharuskan orang lain mengerti. Itu merupakan sifat yang sangat kekanak-kanakan. Aku mendapat tugas untuk membuat blog. aku melihat teman-teman bagaimana cara membuat blog. tuntutan kuliah. tapi aku senang. karena seorang dosen pasti ingin yang terbaik untuk anak didiknya. aku membuat blog ini dipagi hari sehari setelah mata kuliah Belajar dan Pembelajaran selesai. laptopku tak dapat digunakan untuk menggunakan wifi kampus, sehingga aku harus selalu di kamar untuk bisa mengisi nutrisi laptop dan bisa berjalan mengerjakan tugas. di tulisan pertama ini, aku berdoa. semoga Allah selalu memeberi kemudahan, kelancaran, dan kebarokahan untuk aku menuntut ilmu. semoga apa yang aku pelajari menjadi ilmu yang barokah untuk masa depanku. dan juga teman-temanku. ketika matahari masih bersembunyi, aku harus mulai berlari mengejar mimpi yang masih misteri. meniti setiap hamparan harapan, mengayuh sepeda tawakkal, dan beristirahat bersama ikhtiar. di pagi ini aku ingin mengucapkan, Selamat pagi para Pendekar Ilmu, Selamat pagi para pejuang Muda, dan Selamat pagi untuk engkau para pahlawan tanpa tanda jasaku.