Problem-Base Learning dan Problem
Solving
Pembelajaran
Berbasis Masalah yang berasal dari bahasa Inggris Problem-based Learning
adalah suatu pendekatan pembelajaran yang dimulai dengan menyelesaikan suatu
masalah, tetapi untuk menyelesaikan masalah itu peserta didik memerlukan
pengetahuan baru untuk dapat menyelesaikannya.
Belajar berdasarkan masalah adalah interaksi antara stimulus dan
respon, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan. Lingkungan
memberikan masukan kepada peserta
didik berupa bantuan dan masalah, sedangkan sistem
saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga masalah
yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis, serta dicari pemecahannya
dengan baik. Pembelajaran Berbasis Masalah melibatkan
peserta didik dalam proses pembelajaran yang aktif, kolaboratif, berpusat
kepada peserta didik, yang mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan
kemampuan belajar mandiri.
Ciri-ciri Pembelajaran Berbasis Masalah
2. Kedua,
aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Strategi
pembelajaran berbasis masalah menempatkan masalah sebagai kata kunci dari
proses pembelajaran.
3. Ketiga,
pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara
ilmiah. Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah proses berpikir
deduktif dan induktif. Proses berpikir ini dilakukan secara sistematis dan
empiris.
Komponen-Komponen Pembelajaran Berbasis Masalah
Komponen-komponen
pembelajaran berbasisi masalah dikemkakan oleh Arends, diantaranya adalah :
a. Permasalahan autentik.
Model pembelajaran berbasis masalah mengorganisasikan masalah nyata yang
penting secara sosial dan bermanfaat bagi peserta didik. Permasalahan yang
dihadapi peserta didik dalam dunia nyata tidak dapat dijawab dengan jawaban
yang sederhana.
b. Fokus interdisipliner.
Dimaksudkan agar peserta didik belajar berpikir struktural dan belajar
menggunakan berbagai perspektif keilmuan.
c. Pengamatan autentik.
Hal ini dinaksudkan untuk menemukan solusi yang nyata. Peserta didik diwajibkan
untuk menganalisis dan menetapkan masalahnya, mengembangkan hipotesis dan
membuat prediksi, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melaksanakan
eksperimen, membuat inferensi, dan menarik kesimpulan.
d. Produk. Peserta didik
dituntut untuk membuat produk hasil pengamatan.produk bisa berupa kertas yang
dideskripsikan dan didemonstrasikan kepada orang lain.
e. Kolaborasi. Dapat
mendorong penyelidikan dan dialog bersama untuk mengembangkan keterampilan
berpikir dan keterampilan sosial.
masalah
adalah sesuatu yang diragukan atau sesuatu yang belum pasti. Menurut
pendapatnya masalah yang perlu dikemukakan memiliki 2 kriteria, yaitu (1)
Masalah yang dipelajari harus sesuatu yang penting untuk masyarakat dan
perkembangan kebudayaan, (2) Masalah yang dipelajari adalah sesuatu yang
penting dan relevan dengan permasalahan yang dihadapi peserta didik. Individu
menyadari masalah bila ia dihadapkan kepada situasi keraguan dan kekaburan
sehingga merasakan adanya semacam kesulitan.
Secara
umum, masalah dipisahkan menjadi 3 kategori , yaitu : masalah dalam kegiatan
sehari-hari (routine problem),
masalah yang bukan merupakan kegiatan sehari-hari (non-routine problem), dan Open-ended
problem
Mengajar memecahkan masalah berbeda dengan
penggunaan pemecahan masalah sebagai suatu strategi pembelajaran. Mengajar
memecahkan masalah adalah mengajar bagaimana siswa memecahkan suatu
permasalahan. Sedangkan strategi pembelajaran pemecahan masalah (problem solving) adalah teknik mengajar
melalui pemecahan masalah. Dengan demikian perbedaan keduanya terletak pada
kedudukan pemecahan masalah itu sendiri.
Mengajar memecahkan masalah berarti, pemecahan masalah itu sebagai isi atau content
dari pelajaran, sedangkan pemecahan masalah sebagai suatu strategiberar
kedudukan pemecahan masalah itu hanya sebagai suatu alat saja untuk memahami
materi pengajaran.
Ciri-ciri
strategi pembelajaran problem solving
secara umum adalah sebagai berikut:
1)
Diawali dari sebuah masalah
2)
Adanya tuntutan dari peserta didik untuk berpikir dan bertindak kreatif
3)
Adanya tuntutan bagi peserta didik untuk memecahkan masalah
4)
Merangsang perkembangan kemajuan berpikir peserta didik untuk menyelesaikan
masalah yang dihadapi dengan tepat
5)
Peserta didik bekerja secara individual atau bekerja dalam kelompok kecil
6)
Pengajaran ditekankan kepada materi pelajaran yang mengandung
persoalan-persoalan untuk dipecahkan dan lebih disukai persoalan yang banyak
kemungkinan cara pemecahannya (open-minded
problem)