Sahabat Pena

Kamis, 13 April 2017

Masalah adalah Tempat untukku Belajar



Problem-Base Learning dan Problem Solving

Pembelajaran Berbasis Masalah yang berasal dari bahasa Inggris Problem-based Learning adalah suatu pendekatan pembelajaran yang dimulai dengan menyelesaikan suatu masalah, tetapi untuk menyelesaikan masalah itu peserta didik memerlukan pengetahuan baru untuk dapat menyelesaikannya.
Belajar berdasarkan masalah adalah interaksi antara stimulus dan respon, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan. Lingkungan memberikan masukan kepada peserta didik berupa bantuan dan masalah, sedangkan sistem saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis, serta dicari pemecahannya dengan baik. Pembelajaran Berbasis Masalah melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran yang aktif, kolaboratif, berpusat kepada peserta didik, yang mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan belajar mandiri.
Ciri-ciri Pembelajaran Berbasis Masalah
1.      Pertama, strategi pembelajaran berbasis masalah merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran
2.      Kedua, aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Strategi pembelajaran berbasis masalah menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran.
3.      Ketiga, pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah. Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah proses berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir ini dilakukan secara sistematis dan empiris.

      Komponen-Komponen Pembelajaran Berbasis Masalah
Komponen-komponen pembelajaran berbasisi masalah dikemkakan oleh Arends, diantaranya adalah :
a.       Permasalahan autentik. Model pembelajaran berbasis masalah mengorganisasikan masalah nyata yang penting secara sosial dan bermanfaat bagi peserta didik. Permasalahan yang dihadapi peserta didik dalam dunia nyata tidak dapat dijawab dengan jawaban yang sederhana.
b.      Fokus interdisipliner. Dimaksudkan agar peserta didik belajar berpikir struktural dan belajar menggunakan berbagai perspektif keilmuan.
c.       Pengamatan autentik. Hal ini dinaksudkan untuk menemukan solusi yang nyata. Peserta didik diwajibkan untuk menganalisis dan menetapkan masalahnya, mengembangkan hipotesis dan membuat prediksi, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melaksanakan eksperimen, membuat inferensi, dan menarik kesimpulan.
d.      Produk. Peserta didik dituntut untuk membuat produk hasil pengamatan.produk bisa berupa kertas yang dideskripsikan dan didemonstrasikan kepada orang lain.
e.       Kolaborasi. Dapat mendorong penyelidikan dan dialog bersama untuk mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan sosial.
masalah adalah sesuatu yang diragukan atau sesuatu yang belum pasti. Menurut pendapatnya masalah yang perlu dikemukakan memiliki 2 kriteria, yaitu (1) Masalah yang dipelajari harus sesuatu yang penting untuk masyarakat dan perkembangan kebudayaan, (2) Masalah yang dipelajari adalah sesuatu yang penting dan relevan dengan permasalahan yang dihadapi peserta didik. Individu menyadari masalah bila ia dihadapkan kepada situasi keraguan dan kekaburan sehingga merasakan adanya semacam kesulitan.
Secara umum, masalah dipisahkan menjadi 3 kategori , yaitu : masalah dalam kegiatan sehari-hari (routine problem), masalah yang bukan merupakan kegiatan sehari-hari (non-routine problem), dan Open-ended problem
                  Mengajar memecahkan masalah berbeda dengan penggunaan pemecahan masalah sebagai suatu strategi pembelajaran. Mengajar memecahkan masalah adalah mengajar bagaimana siswa memecahkan suatu permasalahan. Sedangkan strategi pembelajaran pemecahan masalah (problem solving) adalah teknik mengajar melalui pemecahan masalah. Dengan demikian perbedaan keduanya terletak pada kedudukan pemecahan masalah itu  sendiri. Mengajar memecahkan masalah berarti, pemecahan masalah itu sebagai isi atau content dari pelajaran, sedangkan pemecahan masalah sebagai suatu strategiberar kedudukan pemecahan masalah itu hanya sebagai suatu alat saja untuk memahami materi pengajaran.
Ciri-ciri strategi pembelajaran problem solving secara umum adalah sebagai berikut:
1)      Diawali dari sebuah masalah
2)      Adanya tuntutan dari peserta didik untuk berpikir dan bertindak kreatif
3)      Adanya tuntutan bagi peserta didik untuk memecahkan masalah
4)      Merangsang perkembangan kemajuan berpikir peserta didik untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat
5)      Peserta didik bekerja secara individual atau bekerja dalam kelompok kecil
6)      Pengajaran ditekankan kepada materi pelajaran yang mengandung persoalan-persoalan untuk dipecahkan dan lebih disukai persoalan yang banyak kemungkinan cara pemecahannya (open-minded problem)

Aku bisa Kita Bisa



Ilmu yang saya dapatkan hari ini adalah pembelajaran kooperatif memiliki tujuan utama untuk membantu yang lemah. Beberapa siswa yang memiliki konsep belajar yang lemah dapat dibantu karena setiap individu memiliki tanggungjawab yang sama sehingga harus berusaha untuk memahami setiap materi. Selain itu beberapa manfaat yang bisa didapatkan saat pembelajaran kooperatif ini diantaranya meningkatkan pencurahan waktu pada tugas, rasa harga diri menjadi semakin tinggi, dan pemahaman terhadap materi menjadi semakin mendalam.pembelajaran kooperatif ini bisa dilakukan karena memiliki berbagai macam model yang dapat diterapkan kepada siswa

Belajar Bersama Belajar Bermakna



Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang mengutamakan kerja sama untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa tujuan, diantaranya adalah:
  1. Meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Model kooperatif ini memiliki keunggulan dalam membantu siswa untuk memahami kosep-konsep yang sulit
  2. Agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai perbedaan latar belakang
  3. Mengembangkan ketrampilan sosial siswa, berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau menjelaskan ide atau pendapat, dan bekerja dalam kelompok.
beberapa manfaat pembelajaran kooperatif bagi siswa dengan prestasi belajar yang rendah, yaitu:
  1. Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas
  2. Rasa harga diri menjadi lebih tinggi
  3. Memperbaiki sikap terhadap IPA dan sekolah
  4. Memperbaiki kehadiran
  5. Angka putus sekolah menjadi rendah
  6. Penerimaan terhadap perbedaan individu menjadi lebih besar
unsur dasar model cooperative learning, yaitu:
  1. ketegantungan positif
  2. pertanggung jawaban individual
  3. kemampuan bersosialisasi
  4. tatap muka
  5. evaluasi proses kelompok.
6.      Langkah-langkah pembelajaran kooperatif
Fase
Indikator
Kegiatan Guru
1
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut, dan memotivasi siswa belajar.
2
Menyajikan Informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan mendemonstrasikan atau melalui bahan bacaan.
3
Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok belajar
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien
4
Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas
5
Evaluasi
Guru mengevalusi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari, atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
6
Memberikan penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk menghargai upaya atau hasil belajar individu maupun kelompok
keuntungan penggunaan pembelajaran kooperatif. Diantaranya adalah sebagai berikut:
  1. Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial.
  2. Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, ketrampilan, informasi, perilaku sosial, dan pandangan-pandangan.
  3. Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial.
  4. Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan komitmen.
  5. Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois.
  6. Membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa.
  7. Berbagai ketrampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara hubungan saling membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktekkan.

Tangan di atas Lebih Baik dari pada Tangan di Bawah



Pelajaran yang saya daptakan hari ini setelah belajar bersama teman teman adalah dalam pembelajaran inquiry terjadi kegiatan menghasilkan sesuatu dan bisa disumbangkan ke oranglain melalui penemuan dan usaha. Dalam inquiry harus ada pengujian dan hipothesis untuk membedakannya dengan discovery. Discovery merupakan penemuan secara tiba-tiba. Siswa harus diajak melakukan kegiatan yang bisa mengkontruksi pola pikirnya melalui proses menemukan dan observasi.
Berdasarkan pengamatan, pendidikan Indonesia sekarang ini masih membuat orang menjadi malas dan tidak kreatif. Menerima pembelajaran merupakan suatu budaya. Siswa ke sekolah dengan tujuan untuk menerima pembelajaran. Kegiatan menerima ini membuat siswa menjadi malas untuk berfikir sehingga mematikan kreatifitas siswa. Mulai sekarang harus mengubah pola piker menjadi “Pemberi”. Karena tangan yang diatas lebih baik dari pada tangan yang dibawah.