Sahabat Pena

Sabtu, 18 Februari 2017

TEORI BELAJAR KONTRUKTIVISME, BELAJAR ADALAH PUZZLE KEHIDUPAN



Teori Belajar Kontrukivisme dan Penerapannya dalam Pembelajaran
Kontruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan konstruksi (bentukan) kita sendiri, bukan imitasi dari kenyataan, bukan gambaran dunia kenyataan yang ada. Pengetahuan selalu merupakan akibat dari konstruksi kognitif dari kenyataan yang terjadi melalui serangkaian aktivitas seseorang (mahasiswa). Mahasiswa membentuk skema, kategori, konsep dan struktur pengetahuan yang diperlukan untuk pengetahuan. Pengetahuan bukanlah tentang hal-hal yang terlepas dari pengamat, tetapi merupakan ciptaan manusia yang dikonstruksikan dari pengalaman atau dunia yang dialaminya. Proses pembentukan ini berjalan terus menerus, dan setiap kali terjadi reorganisasi atau rekonstruksi karena adanya pengalaman baru. Teori ini memberikan keaktifan terhadap manusia untuk belajar menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan atau teknologi, dan hal lain yang diperlukan guna mengembangkan dirinya sendiri. Tujuan dari teori belajar kontruktivisme dalah sebagai berikut:
1.  Adanya motivasi untuk siswa bahwa belajar adalah tanggung jawab siswa itu sendiri.
2. Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengejukan pertanyaan dan mencari sendiri pertanyaannya.
3. Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman konsep secara lengkap.
4. Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri.
5. Lebih menekankan pada proses belajar bagaimana belajar itu.
            Secara garis besar, prinsip-prinsip Konstruktivisme yang diterapkan dalam belajar mengajar adalah:
1. Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri
2. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru kemurid, kecuali hanya dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar
3. Murid aktif megkontruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep ilmiah
4. Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses kontruksi berjalan lancar.
5. Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa
6. Struktur pembalajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan
7. Mmencari dan menilai pendapat siswa
8. Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa.
Dari semua itu hanya ada satu prinsip yang paling penting adalah guru tidak boleh hanya semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa . siswa harus membangun pengetahuan didalam benaknya sendiri. Seorang guru dapat membantu proses ini dengan cara-cara mengajar yang membuat informasi menjadi sangat bermakna dan sangat relevan bagi siswa, dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide dan dengan mengajak siswa agar menyadari dan menggunakan strategi-strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberikan tangga kepada siswa yang mana tangga itu nantinya dimaksudkan dapat membantu mereka mencapai tingkat penemuan.
Adapun implikasi dari teori belajar konstruktivisme dalam pendidikan anak (Poedjiadi, 1999: 63) adalah sebagai berikut:
(a) tujuan pendidikan menurut teori belajar konstruktivisme adalah menghasilkan individu atau anak yang memiliki kemampuan berfikir untuk menyelesaikan setiap persoalan yang dihadapi.
 (b) kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi situasi yang memungkinkan pengetahuan dan keterampilan dapat dikonstruksi oleh peserta didik. Selain itu, latihan memcahkan masalah seringkali dilakukan melalui belajar kelompok dengan menganalisis masalah dalam kehidupan sehari-hari.
(c) peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang sesuai bagi dirinya. Guru hanyalah berfungsi sebagai mediator, fasilitor, dan teman yang membuat situasi yang kondusif untuk terjadinya konstruksi pengetahuan pada diri peserta didik.
            Setiap teori belajar memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Adapun kelebihan dan kekurangan teori belajar kontruktivisme diantaraya
Kelebihan
a. Berfikir dalam proses membina pengetahuan baru, murid berfikir untuk menyelesaikan masalah, menjana idea dan membuat keputusan.
b. Faham :Oleh kerana murid terlibat secara langsung dalam mebina pengetahuan baru, mereka akan lebih faham dan boleh mengapliksikannya dalam semua situasi.
c. Ingat :Oleh kerana murid terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama semua konsep. Yakin Murid melalui pendekatan ini membina sendiri kefahaman mereka. Justeru mereka lebih yakin menghadapi dan menyelesaikan masalah dalam situasi baru.
d. Kemahiran sosial :Kemahiran sosial diperolehi apabila berinteraksi dengan rakan dan guru dalam membina pengetahuan baru.
e. Seronok :Oleh kerana mereka terlibat secara terus, mereka faham, ingat, yakin dan berinteraksi dengan sihat, maka mereka akan berasa seronok belajar dalam membina pengetahuan baru.
2. Kelemahan
Dalam bahasan kekurangan atau kelemahan ini mungkin bisa kita lihat dalam proses belajarnya dimana peran guru sebagai pendidik itu sepertinya kurang begitu mendukung.
Pengaruh konstruktivisme terhadap mahasiswa adalah kegiatan belajar adalah kegiatan aktif mahasiswa untuk menemukan sesuatu dan membangun sendiri pengetahuannya, bukan proses mekanik untuk mengumpulkan fakta. Mahasiswa bertanggungjawab atas hasil belajarnya. Ia membuat penalaran atas apa yang telah dipelajarinya dengan cara mencari makna, membandingkannya dengan apa yang telah diketahuinya, serta menyelesaikan ketidaksamaan antara yang telah diketahui dengan apa yang diperlukan dalam pengalaman baru. Belajar merupakanpengembangan pemikiran dengan membuat kerangka  pengertian yang berbeda. Belajar yang bermakna terjadi melalui refleksi, pemecahan konflik, dialog, penelitian, pengujian hipotesis, pengambilan keputusan, dll., dan dalam prosesnya tingkat pemikiran selalu diperbaharui sehingga menjadi semakin lengkap.
Setiap mahasiswa mempunyai caranya sendiri untuk mengkonstruksikan pengetahuannya, yang terkadang sangat berbeda dengan teman-temannya. Jadi sangat penting bagi dosen untuk menciptakan berbagai variasi situasi dan metode belajar, karena dengan satu model saja tidak akan membantu mahasiswa yang cara belajarnya berbeda.

TEORI BELAJAR KOGNITIF DAN PENERAPANNYA DALAM PEMBELAJARAN



“TEORI BELAJAR KOGNITIF”
Disusun Oleh :
Azhari Ulfah A, Ida Fitria Rahma, Indra Lusmana
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peningkatan sumber daya manusia haruslah segera dibanggun di Indonesia. Menciptakan manusia-manusia yang unggul harus diadakan sejak dini melalui pendidikan formal mapun non formal. Dengan diberlakukannya pandidikan sejak usia dini diharapkan akan mampu membentuk fondasi dasar sebelum memperoleh ilmu pengetahuan umum, sehingga ilmu yang akan diperoleh nantinya akan dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya tanpa adanya pihak lain yang dirugikan.
Banyak Negara mengakui bahwa persoalan pendidikan merupakan persoalan yang pelik. Negara sebagai lembaga yang menguayakan kecerdaskan kehidupan bangsa merupakan tugas negara yang amat penting. Namun, di negara-negara berkembang adopsi system pendidikan sering mengalami kesulitan untuk  berkembang. Cara dan system pendidikannya sering menjadi kritik dan kecaman. Adanya perubahan sistem pendidikan setiap adanya perubahan mentri pendidikan juga turut mempengaruhi kualitas pendidikan yang ada di Indonesia.
Pada makalah ini akan dikaji tentang pandangan kognitif dalam kegiatan pembelajaran. Teori Kognitif lebih menekankan bahwa belajar lebih banyak ditentukan karena adanya usaha dari setiap individu dalam upaya menggali ilmu pengetahuan melalui dunia pendidikan. Penataan kondisi tersebut bukan sebagai penyebab terjadinnya proses belajar bagi anak didik, tetapi melalui penggalian ilmu pengetahuan secara pribadi ini diarahkan untuk memudahkan anak didik dalam proses belajar. Keaktifan siswa menjadi unsur yang amat penting dalam menentukan kesuksesan belajar. Aktivitas mandiri merupakan salah satu faktor untuk mencapai hasil yang maksimal dalam proses belajar dan pembelajaran. Para pendidik (Guru) dan para perancang pendidikan serta pengembang program-program pembelajaran perlu menyadari akan pentingnya pemahaman terhadap hakikat belajar dan pembelajaran. Teori belajar dan pembelajaran seperti teori kognitif penting untuk dimengerti dan diterapkan sesuai dengan kondisi dan konteks pembelajaran yang dihadapi.
Pada bagian ini dikaji tentang pandangan kognitif terhadap proses belajar dan aplikasi teori kognitif dalam rangka meningkatkan prestasi anak didik. Masing-masing teori pendidikan memilki kelemahan dan kelebihan. Pendidik/pengajar yang professional akan dapat memilih teori mana yang tepat untuk tujuan tertentu, karakteristik materi pelajaran tertentu, dengan ciri-ciri siswa yang dihadapi, dan dengan kondisi lingkungan serta sarana dan prasarana yang tersedia

1.2 Rumusan Masalah
1. Jelaskan pengertian dan sejarah dari teori kognitif ?
2. Jelaskan kelebihan dan kekurangan dari teori kognitf ?
3. Jelaskan ruang lingkup dari teori kogntif serta pengaplikasiannya pada proses  pemebelajaran ?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian dan sejarah dari teori kognitif.
2. Mengetahui kelebihan dan kekurangan dari teori kognitf.
3. Mengetahui ruang lingkup dari teori kogntif serta pengaplikasiannya pada proses pemebelajaran.










BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Teori Belajar Kognitif
Secara bahasa Kognitif berasal dari bahasa latin ”Cogitare” artinya berfikir. Dalam pekembangan selanjutnya, kemudian istilah kognitif ini menjadi populer sebagai salah satu wilayah psikologi manusia/satu konsep umum yang mencakup semua bentuk pengenalan yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan masalah pemahaman, memperhatikan, memberikan, menyangka, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesengajaan, pertimbangan, membayangkan, memperkirakan, berpikir dan keyakinan (Djaali, 2011).
Sedangkan secara istilah dalam pendidikan Kognitif adalah salah satu teori diantara teori-teori belajar dimana belajar adalah pengorganisasian aspek-aspek kognitif dan persepsi untuk memperoleh pemahaman (Muhammad, 2004). Dalam model ini, tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi dan pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan, dan perubahan tingkah laku, sangat dipengaruhi oleh proses belajar berfikir internal yang terjadi selama proses belajar.
Secara umum kognitif diartikan potensi intelektual yang terdiri dari beberapa tahapan, yaitu ; pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehention), penerapan (aplication), analisa (analysis), sintesa (sinthesis), evaluasi (evaluation). Kognitif berarti persoalan yang menyangkut kemampuan untuk mengembang kan kemampuan rasional (akal).
Model belajar kognitif merupakan suatu bentuk teori belajar yang sering disebut sebagai model perceptual. Belajar merupakan perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku yang tampak. Teori ini berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi dan aspek kejiwaan lainnya. Belajar merupakan aktifitas yang melibatkan proses berpikiryang sangat kompleks (Wina. 2007).
Menurut pendekatan kognitif, dalam kaitan teori pemrosesan informasi, unsur terpenting dalam proses belajar adalah pengetahuan yang dimiliki setiap individu sesuai dengan situasi belajarnya (Wina, 2010). Apa yang telah diketahui siswa akan menentukan apa yang akan diperhatikannya, dipersepsi olehnya, dipelajari, diingat atau bahkan dilupakan. Perspktif kognitif membagi jenis pengetahuan menjadi tiga yaitu sebagai berikut :
1.      Pengetahuan deklaratif, yaitu pengetahuan yang dapat dinyatakan dalam bentu kata atau disebut pula pengetahuan yang konseptual. Pengetahuan yang deklaratif rentangnya luas, dapat tentang fakta, konsep, generalisasi, pengalaman pribadi atau tentang hukum dan aturan.
2.      Pegetahuan procedural, yaitu pengetahuan tentang tahap-tahap atau prosesproses yang harus dilakukan, atau pengetahuan tentang bagaimana melakukan (how to do). Pengetahuan ini dicirikan oleh adanya praktik atau implementasi dari suatu konsep.
3.      Pengetahuan kondisional, yaitu pengetahuan tentang kapan dan mengapa (when and why) suatu pengetahuan deklaratif dan pengetahuan procedural digunakan. Pengetahuan ini terkait dengan bagaimana mengimplementasikan baik pengetahuan deklaratif, maupun procedural. Pengetahuan ini amat penting karena menentukan kapan penggunaan konsep dan prosedur yang tepat dalam pemecahan masalah.
Dalam konteks kognivisme yang dianggap pengembanagan teori pemrosesan
informasi yang justru Robert M. Gagne, yang kemudian dikembangkan oleh
Geoerge Miller. Menurut Gangne, dalam pembelajaran terjadi proses peerimaan
informasi yang selanjutnya diolah sehingga menghasilkan keluaran berupa hasil
belajar.
Dalam pengolahan informasi terjadi interaksi antara kondisi-kondisi internal
dengan kondisi eksternal individu. Kondisi internal adalah kondisi dalam diri
individu yang diperlukan untuk mencapai hasil pembelajaran yang optimal serta
proses kognitif yang terjadi dalam diri individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah
rangsanag dari luar yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran.
Model pengolahan informasi merupakan model dalam teori belajar yang
menjelaskan kerja motorik manusia yang meliputi Tiga macam system penyimpanan
ingatan, yaitu :
·         Memori sensori, suatu sistem mengingat stimuli secara cepat.
·         Memori kerja, yaitu memori jangka pendek.
·         Memori jangka panjang. Berfungsi menyimpan informasi yang sangat besar dalam waktu yang lama.
2.1.1 Teori Kognitif Menurut Para Ahli
1. Teori Kogitif Gestalt
Pokok pandangan gestalt bahwa objek atau peristiwa tertentu akan dipandang sebagai suatu keseluruhan yang terorganisasi (Muhammad, 2004). Pandangan gestalt lebih menekankan kepada perilaku molar. Implementasi teori Gestalt dalam pembelajaran, antara lain :
-          Pengalaman tilikan (insight), kemampuan tilikan adalah kemapuan mengenali keterkaitan unsur-unsur dalam suatu peristiwa.
-          Pembelajaran bermakana (meaningful learning), kebermakaa unsure-unsur yang terkait dalam proses pembelajaran akan semakin efektif sesuatu yang dipelajari, hal ini akan sangat penting dalam pemecahan masalah.
-          Perilaku bertujuan (purposive behavior), maknanya perilaku terarah pada tujuan. Proses pembelajaran akan sangat efektif jika peserta didik mengenal tujuan yang ingin dicapai dari suatu proses pembelajaran tersebut.
-          Prinsip ruang hidup (life space), bahwa perilaku individu memiliki keterkaitan dengan lingkungan di mana ia berada. Materi pembelajaran hendaknya memiliki keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan ditempat siswa tinggal dan hidup. Konsep ini dikembangkan oleh Lewin.
-          Transfer dalam belajar, transfer belajar akan terjadi apabila peserta didik telah menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu maslah dan menemukan generalisasi untuk kemudian digunakan dalam pemecahan masalah.
2. Teori Kognitif Ausubel
Menurut Ausubel, siswa akan belajar dengan baik jika “pengatur kemajuan (belajar)” atau advance organizer didefinisikan dan dipresentasikan dengan baik dan tepat kepada siswa. Pengatur kemajuan belajar adalah konsep atau informasi umum yang mewadahi (mencakup) semua isi pelajaran yang akan diajarkan kepada siswa.
David Ausubel merupakan salah satu tokoh ahli psikologi kognitif yang berpendapat bahwa keberhasilan belajar siswa sangat ditentukan oleh kebermaknaan bahan ajar yang dipelajari.Ausubel menggunakan istilah “pengatur lanjut” (advance organizers) dalam penyajian informasi yang dipelajari peserta didik agar belajar menjadi bermakna (Ibrahim,2010).
Selanjutnya dikatakan bahwa “pengatur lanjut” itu terdiri dari bahan verbal di satu pihak, sebagian lagi merupakan sesuatu yang sudah diketahui peserta didik di pihak lain. Dengan demikian kunci keberhasilan belajar terletak pada kebermaknaan bahan ajar yang diterima atau yang dipelajari oleh siswa..Ausubel tidak setuju dengan pendapat bahwa kegiatan belajar penemuan lebih bermakna dari pada kegiatan belajar. Dengan ceramahpun asalkan informasinya bermakna bagi peserta didik, apalagi penyajiannya sistimatis akan diperoleh hasil belajar yang baik pula.
Ausubel mengidentifikasikan empat kemungkinan tipe belajar, yaitu :
(1) belajar dengan penemuan yang bermakna,
(2) belajar dengan ceramah yang bermakna,
(3) Belajar dengan penemuan yang tidak bermakna, dan
(4) belajar dengan ceramah yang tidak bermakna.
Dia berpendapat bahwa menghafal berlawanan dengan bermakna, karena belajar dengan menghafal, peserta didik tidak dapat mengaitkan informasi yang diperoleh itu dengan pengetahuan yang telah dimilikinya.Dengan demikian bahwa belajar itu akan lebih berhasil jika materi yang dipelajari bermakna.

3. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget
Teori perkembangan kognitif disebut pula teori perkembangan intelektual atau teori perkembangan mental. Menurut Piaget, perkembangan kognitif adalah suatu proses genetik yaitu suatu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan sistem saraf (Wina,2007). Piaget cenderung menganut teori psikogenesis, artinya pengetahuan sebagai hasil belajar berasal dari dalam individu. Proses berpikir anak merupakan suatu aktivitas gradual, tahap demi tahap dari fungsi intelektual, dari konkret menuju abstrak.
Menurut Piaget Secara garis besar skema yang digunakan anak untuk
memahami dunianya dibagi dalam empat periode utama atau tahapan-tahapan
sebagai berikut :
a. Tahap sensory – motor, yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia 0-2 tahun, Tahap ini diidentikkan dengan kegiatan motorik dan persepsi yang masih sederhana.
Ciri-ciri tahap sensorimotor :
1.      Didasarkan tindakan praktis.
2.      Inteligensi bersifat aksi, bukan refleksi.
3.      Menyangkut jarak yang pendek antara subjek dan objek.
4.      Mengenai periode sensorimotor:
5.      Umur hanyalah pendekatan. Periode-periode tergantung pd banyak faktor lingkungan sosial dan kematangan fisik.
6.      Urutan periode tetap.
7.      Perkembangan gradual dan merupakan proses yang kontinu.
b. Tahap pre – operational, yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia 2-7 tahun. Tahap ini diidentikkan dengan mulai digunakannya symbol atau bahasa tanda, dan telah dapat memperoleh pengetahuan berdasarkan pada kesan yang agak abstrak.
c. Tahap concrete – operational, yang terjadi pada usia 7-11 tahun. Tahap ini dicirikan dengan anak sudah mulai menggunakan aturan-aturan yang jelas dan logis.Anak sudah tidak memusatkan diri pada karakteristik perseptual pasif.
d. Tahap formal – operational, yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia 11-15 tahun. Ciri pokok tahap yang terahir ini adalah anak sudah mampu berpikir abstrak dan logis dengan menggunakan pola pikir “kemungkinan”.

Perkembangan skema adalah universal dalam urutannya, artinya semua
pembelajar di seluruh dunia memang harus melewati tahap sensori motor sampai
kepada tahap operasional formal. Menurut Piaget (Ibrahim, 2010)
semua perkembangan skema bersifat universal bagi seluruh umat manusia,
sehingga implikasinya bagi pendidikan adalah kita tidak dapat mengajarkan
sesuatu pada seseorang bila belum ada kesiapan yang merujuk kepada kematangannya.
Piaget mengembangkan konsep adaptasi dengan dua varian yaitu asimilasi dan akomodasi. Adaptasi yaitu struktur fungsional, sebuah istilah yang digunakan Piaget untuk menunjukkan pentingnya pola hubungan individu dengan lingkungannya dalam proses pengembangan kognitif (Djaali, 2011). Akomodasi yaitu menciptakan langkah baru atau memperbaharui atau menggabungkan isitlah/konsep lama menghadapi tantangan baru. Jadi, asimilasi terjadi perubahan pada objeknya, sedangkan pada akomodasi perubahan pada subjeknya, sehingga dapat menyesuaikan diri dengan objek yang ada diluar dirinya.
Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah sebagai berikut :
-          Bahasa dan cara berpikir anak berbeda dengan orang dewasa.
-          Anak-anak akan belajar lebih baik bila dapat menghadapi lingkungan dengan baik.
-          Bahan yang harus dipejarai anak hendaknya dirasakan sebagai bahan baru tetapi tidak asing.
-          Berikan peluang agar anak belajar sesuai dengan tahap perkembangannya.
-          Didalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temannya.
Konsep Piaget langkah-langkah pembelajaran meliputi aktivitas sebagai berikut:
-          Menentukan tujuan pembelajaran
-          Memilih materi pembelajaran
-          Menentukan topik-topik yang dapat dipelajari siswa secara aktif
-          Menentukan kegiatan belajar yang sesuai dengan topik-topik
-          Mengembangkan metode pembelajaran untuk merangsang kreativitas dan cara berpikir siswa
-          Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa

4. Teori Discovery Learning dari Jerome S. Bruner
Dasar teori Bruner adalah ungkapan Piaget yang menyatakan bahwa anak harus berperan secara aktif saat belajar di kelas. Konsepnya dalah belajar dengan menemukan, siswa mengorganisasikan bahan pelajaran yang dipelajarinya dengan suatu bentuk akhir yang sesuai dengan tingkat kemajuan berpikir anak.
Menurut Bruner seiring dengan terjadinya pertumbuhan kognitif para pembelajar harus melalui tiga tahapan perkembangan intelektual itu menurut Bruner meliputi :
-          Enaktif, seseorang belajar tentang dunia melalui respon atau aksi terhadap suatu objek.
-          Ikonik, pembelajarn terjadi melalui penggunaan model dan gambar-gambar dan visualisasi verbal.
-          Simbolik, siswa mampu menggambarkan kapasitas berpikir dalam istilah yang abstrak.
Tujuan pokok pendidikan menurut Bruner adalah guru harus memandu para siswa sehingga mereka dapat membangun basis pengetahuannya sendiri dan bukan karena diajari melalui memorisasi hafalan.Teori pembelajaran dari Jerome Bruner adalah teori pembelajaran konsep atau pembelajaran kategori atau dikenal sebagai pemerolehan konsep.
Jadi, pembelajaran konsep adalah strategi yang mempersyaratkan seorang pembelajar untuk membandingkan dan mengontraskan seorang pembelajar untuk membandingkan dan mengontraskan kelompok-kelompok atau kategorikategori yang mengandung cirri-ciri konsep yang relevan dengan kelompok atau kategori yang tidak mengandung cirri-ciri konsep yang relevan. Langkah-langkah pembelajaran menurut Bruner sebagai berikut :
-          Menentukan tujuan pembelajaranMelakukan identifikasi karakteristik siswaMemilih materi pelajaran
-          Menentukan topik-topik yang dapat dipelajari siswa secara induktif
-          Mengembangkan bahan-bahan belajar
-          Mengatur topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yang konkret ke abstrak, dari tahap enaktif, ikonik, ke simbolik
-          Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa.

2.1.2Prinsip Teori Kognitif
Teori belajar kognitif menjelaskan belajar dengan memfokuskan pada perubahan proses mental dan struktur yang terjadi sebagai hasil dari upaya untuk memahami dunia. teori belajar kognitif yang digunakan untuk menjelaskan tugas-tugas yang sederhana seperti mengingat nomor telepon dan kompleks seperti pemecahan masalah yang tidak jelas (Djaali, 2011).
Teori belajar kognitif didasarkan pada empat prinsip dasar:
1.      Pembelajar aktif dalam upaya untuk memahami pengalaman.
2.      Pemahaman bahwa pelajar mengembangkan tergantung pada apa yang telah mereka ketahui.
3.      Belajar membangun pemahaman dari pada catatan.
4.      Belajar adalah perubahan dalam struktur mental seseorang.
Apakah Siswa Aktif ?
Teori belajar kognitif didasarkan pada keyakinan bahwa peserta didik aktif dalam upaya untuk memahami bagaimana dunia bekerja, kepercayaan ini konsisten dengan Piaget dan Vygotsky tentang pemandangan pengembangan pelajar. Pembelajar melakukan lebih dari sekedar menanggapi. Mereka mencari informasi yang membantu mereka dari jawaban pertanyaan, mereka memodifikasi pemahaman mereka berdasarkan pengetahuan baru, dan perubahan sikap mereka dalam menanggapi peningkatan pemahaman. teori belajar kognitif pandangan manusia sebagai "agen goal-directed yang aktif mencari informasi.

Siswa Memahami Tergantung Pada Apa Yang Dia Tahu
Dalam usaha mereka untuk memahami bagaimana di dunia bekerja, peserta didik menafsirkan pengalaman baru berdasarkan apa yang mereka sudah tahu dan percaya. Sebagai contoh, sering anak-anak tetap percaya bahwa bumi ini datar bahkan setelah guru menjelaskan bahwa itu adalah sebuah bola. Beberapa anak kemudian menggambar permukaan datar seperti di dalam atau di atas bola. Mereka beralasan bahwa orang tidak dapat berjalan di atas bola, dan ide dari permukaan yang datar tadi anak-anak mengetahui dan memahami ide untuk membantu mereka menjelaskan bagaimana orang dapat berdiri atau berjalan di permukaan bumi. Contoh ini juga membantu kita melihat mengapa menjelaskan sering tidak efektif untuk mengubah pemahaman peserta didik (Muhammad, 2004).

Membangun Pembelajar Memahami dari Rekaman
Pelajar tidak berperilaku seperti tape recorder, merekam dalam ingatan mereka dalam bentuk di mana itu disajikan segalanya, guru mengatakan kepada mereka atau apa yang mereka baca. Sebaliknya, mereka menggunakan apa yang telah mereka ketahui untuk membangun pemahaman tentang apa yang mereka dengar atau membaca yang masuk akal bagi mereka. Dalam upaya mereka untuk membuat informasi baru dimengerti, mereka secara dramatis dapat memodifikasi itu, begitu pula anak-anak yang membayangkan serabi pada bola. Kebanyakan peneliti sekarang menerima gagasan bahwa siswa membangun pemahaman mereka sendiri (Ibrahim,2010).

2.2Kelebihan dan Kelemahan Teori Kognitif
Setiap teori belajar tidak akan pernah sempurna, demikian pula dengan teori belajar kognitif. Selain itu setiap teori pembelajaran juga melengkapi dan menambah dari kekurangan teori-teori pembelajaran yang telah diungkapkan oleh para ahli sebelumnya (Warsita,2008). Teori pembelajaran kognitif memiliki kelebihan dan kekurangan yang akan dipaparkan sebagai berikut
Kelebihan Teori Belajar Kognitif
1.      Menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri
Dengan teori belajar kognitif siswa dituntut untuk lebih kreatif karena mereka tidak hanya merespon dan menerima rangsangan saja, tapi memproses informasi yang diperoleh dan berfikir untuk dapat menemukan ide-ide dan mengembangkan pengetahuan. Sedangkan membuat siswa lebih mandiri contohnya pada saat siswa mengerjakan soal siswa bisa mengerjakan sendiri karena pada saat belajar siswa menggunakan fikiranya sendiri untuk mengasah daya ingatnya, tanpa bergantung dengan orang lain dengan.
2.      Membantu siswa memahami bahan belajar secara lebih mudah
 Teori belajar kognitif membantu siswa memahami bahan ajar lebih mudah karena siswa sebagai peserta didik merupakan peserta aktif didalam proses pembelajaran yang berpusat pada cara peserta didik mengingat, memperoleh kembali dan menyimpan informasi dalam ingatannya. Serta Menekankan pada pola pikir peserta didik sehingga bahan ajar yang ada lebih mudah dipahami.
3.    Sebagian besar dalam kurikulum pendidikan negara Indonesia lebih menekankan pada teori kognitif yang mengutamakan pada pengembangan pengetahuan yang dimiliki pada setiap individu.
4.    Dengan menerapkan teori kognitif ini maka pendidik dapat memaksimalkan ingatan yang dimiliki oleh peserta didik untuk mengingat semua materi-materi yang diberikan karena pada pembelajaran kognitif salah satunya menekankan pada daya ingat peserta didik untuk selalu mengingat akan materi-materi yang telah diberikan.
5.    Dapat membantu guru untuk mengenal siswa secara individu sehingga dapat
mengembangkan kemampuan siswa.
Kelemahan Belajar Kognitif
1.    Pada dasarnya teori kognitif ini lebih menekankan pada kemampuan ingatan peserta didik, sehingga kelemahan yang terjadi di sini adalah selalu menganggap semua peserta didik itu mempunyai kemampuan daya ingat yang sama dan tidak dibeda-bedakan.
2.    Adakalanya juga dalam metode ini tidak memperhatikan cara peserta didik dalam mengeksplorasi atau mengembangkan pengetahuan dan cara-cara peserta didiknya dalam mencarinya, karena pada dasarnya masing-masing peserta didik memiliki cara yang berbeda-beda.
3.    Apabila dalam pengajaran hanya menggunakan metode kognitif, maka dipastikan peserta didik tidak akan mengerti sepenuhnya materi yang diberikan .
4.     Jika dalam sekolah kejuruan hanya menggunakan metode kognitif tanpa adanya metode pembelajaran lain maka peserta didik akan kesulitan dalam praktek kegiatan atau materi.
5.    Dalam menerapkan metode pembelajran kognitif perlu diperhatikan kemampuan peserta didik untuk mengembangkan suatu materi yang telah diterimanya.

2.2.1Pendekatan dalam Belajar Kognitif
Sejalan dengan upaya menerapkan filsafah teknologi pembelajaran Tut Wuri Hadayani pada semua jenjang pendidikan formal, pendekatan kognitif mulai menjajaki keberadaan pendekatan perilaku sejak pertengahan dekade 80-an.
Pendekatan kognitif itu sendiri berangkat pada teori Gestalt yang memproposisikan bahwa keseluruhan bukanlah penjumlahan dari bagian-bagiannya. Sebagaimana dideskripsikan Brunner (1975), pembelajaran hendaknya dapat menciptakan situasi agar siswa dapat belajar dari diri sendiri melalui pengalaman dan eksperimen untuk menemukan pengetahuan dan kemampuan baru yang khas baginya. Sedangkan Ausubel (1978) memdeskripsikan agar pembelajar dapat mengembangkan situasi belajar , memilih dan menstrukturkan isi, serta menginformasikannya dalam bentuk sajian pembelajar yang terorganisasi dari umum menuju kerinci dalam satu satuan bahasan yang bermakna.
Dalam pandangan psikologi kognitif, peran guru atau dosen menjadi semakin menentukan apabila variabel perbedaan karakter individu dihargai dalam bentuk penyajian variasi pola struktur kegiatan belajar mengajar. Masalah yang sering muncul pada tahapan aplikasi teori-teori kognitif dibidang pembelajaran adalah dalam kaitannya dengan pengorganisasian isi pesan atau bahan belajar dan penstrukturan kegiatan belajar mengajar (Sunarto,2006).
Sehubungan dengan adanya kenyataan empiris tersebut , maka teori dan teorema kognitif yang ada bisa saja digunakan sebagai acuan umum bagi setiap jenis cabang disiplin keilmuan. Namun, kemungkinan dapat terjadi bahwa kefektifan penerapannya pada level kesulitan dan jenis kemampuan pada suatu bidang studi berbeda dengan bidang studi lainnya. Oleh karena itu, cara yang dipandang efektif untuk meningkatkan kualitas output pendidikan dari sudut pandang psikologi kognitif adalah pengembangan program-program pembelajaran yang dapat mengoptimalkan keterlibatan mental intelektual pembelajar pada setiap jenjang belajar. Sebagaimana direkomen-dasikan Merril (1983:286), jenjang tersebut bergerakdari tahapan meningkat, dilanjutkan ke menerapkan, sampai pada tahap penemuan konsep, prosedur atau prinsip baru dibidang disiplin keilmuan atau keahlian yang sedang dipelajari.
Dengan mengamati keaktifan peserta didik , pendidik sebagai pengelola proses belajar dapat mengetahui kemampuan yang dimiliki peserta didik dalam proses berpikirnya. Anak usia dini akan belajar dengan baik, jika menggunakan benda – benda kongkrit untuk menarik minat dan meningkatkan retensi belajar. Pada akhirnya, belajar memahami akan lebih bermakna daripada belajar menghafal. Agar lebih bermakna, informasi yang masih baru harus disesuaikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang dimiliki peserta didik sebelumnya.

2.2.2Gaya Kognitif dalam Proses Pembelajaran
Salah satu karakteristik siswa adalah gaya kognitif. Gaya kognitif merupakan cara siswa yang khas dalam belajar, baik yang berkaitan dengan cara penerimaan dan pengolahan informasi, sikap terhadap informasi, maupun kebiasaan yang berhubungan dengan lingkungan belajar.
Gaya kognitif merupakan salah satu variabel kondisi belajar yang menjadi salah satu bahan pertimbangan dalam merancang pembelajaran. Pengetahuan tentang gaya kognitif dibutuhkan untuk merancang atau memodifikasi materi pembelajaran, tujuan pembelajaran, serta metode pembelajaran. Diharapkan dengan adanya interaksi dari faktor gaya kognitif, tujuan, materi, serta metode pembelajaran, hasil belajar siswa dapat dicapai semaksimal mungkin. Hal ini sesuai dengan pendapat beberapa pakar yang menyatakan bahwa jenis strategi pembelajaran tertentu memerlukan gaya belajar tertentu (Fatimah,2006).
Beberapa batasan para ahli tentang gaya kognitif tersebut diantaranya Witkin mengemukakan bahwa gaya kognitif sebagai ciri khas siswa dalam belajar.
Shirley dan Rita menyatakan bahwa gaya kognitif merupakan karakteristik individu dalam berpikir, merasakan, mengingat, memecahkan masalah, dan membuat keputusan. Sebagai karakteristik perilaku, gaya kognitif berada pada lintas kemampuan dan kepribadian serta dimanifestasikan pada beberapa aktivitas dan media. Gaya kognitif menunjukkan adanya variasi antar individu dalam pendekatannya terhadap satu tugas, tetapi variasi itu tidak menunjukkan tingkat inteligensi atau kemampuan tertentu. Sebagai karakteristik prilaku, karakteristik individu yang memiliki gaya kognitif yang sama belum tentu memiliki kemampuan yang sama. Apalagi individu yang memiliki gaya kognitif yang berbeda kecendrungan perbedaan kemampuan yang dimilikinya lebih besar.
Setiap individu mempunyai gaya yang berbeda ketika memproses informasi. Todd menyatakan bahwa gaya kognitif adalah langkah  individu dalam memproses informasi melalui strategi responsif atas tugas yang diterima. Pada bagian lain, Woolfolk menunjukkan bahwa didalam gaya kognitif terdapat suatu cara yang berbeda untuk melihat ,mengenal , dan mengorganisasi informasi. Setiap individu akan memilih cara yang disukai dalam memproses dan mengorganisasi informasi sebagai respons terhadap stimulasi lingkungannya. Ada individu yang cepat merespons dan adapula yang lambat , cara-cara merespons ini juga berkaitan dengan sikap dan kualitas personal.
 Selanjutnya menurut Woolfolk gaya kognitif seseorang dapat memperlihatkan variasi individu dalam hal perhatian, penerimaan informasi, mengingat, dan berpikir yang muncul atau berbeda diantara kognisi dan kepribadian.
Selanjutnya Keefe agak berbeda pandangannya dengan Woolfolk tentang dimensi gaya kognitif. Menurut Keefe, gaya kognitif dapat dipilah dalam dua kelompok, yaitu gaya dalam menerima informasi (reception style) dan gaya dalam pembentukan konsep dan retensi (concept formation and retention style). Keefe juga menambahkan, bahwa gaya kognitif merupakan bagian dari gaya belajar , dan gaya berlajar berhubungan  dengan kemampuan intelektual.
Pengelompokan gaya kognitif tersebut didasarkan atas dimensi gaya kognitif yang dikaji dari beberapa hasil penelitian. Dimensi gaya kognitif dalam menerima informasi meliputi (Warsita,2008) :
1.      Perceptual modality prefrrence, yaitu gaya kognitif yang berkaitan dengan kebiasaan dan kesukaan seseorang dalam menggunakan alat indranya. Khususnya kemampuan melihat gerakan secara visual atau spasial, pemahaman auditory atau verbal.
2.      Field Dependent-Field Independent, yaitu gaya kognitif yang mencerminkan cara analisis seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungan.
3.      Scanning, yang menggambarkan kecendrungan seseorang dalam menitikberatkan perhatiannya pada suatu informasi.
4.      Strong and Weakness Automatization, yang merupakan gambaran kapasitas seseorang untuk menampilkan tugas secara berulang-ulang.
Sedangkan dimensi gaya kognitif yang termasuk dalam pembentukan konsep dan retensi menurut Pettegrew dan Holzman terdiri atas dua gayakognitif, yaitu :
1.      Breath Of Categorization, yang berkaitan dengan kesukaan seseorang dalam menyusun kategori konsep secara luas atau sempit.
2.      Leveling Sharperning, berkaitan dengan perbedaan seseorang dalam pemprosesan ingatan, yakni antara kesukaan mengingat sesuatu dengan menyamakan pada hal-halyang telah diingatkannya atau kesukaan mengingat sesuatu dengan membuat ciri yang baru serta mengingatnya dalam ciri baru tersebut.
Berdasarkan pemilahan gaya kognitif sebagaimana diuraikan diatas, dalam konteks penelitian ini yang digunakan sebagai salah satu variabel adalah gaya kognitif perceptual modality preference, yaitu gaya kognitif yang berkaitan dengan kebiasaan dan kesukaan seseorang dalam menggunakan alat indranya , khususnya kemampuan melihat gerakan secara visual atau spasial. Atau dengan kata lain variabel gaya kognitif yang teliti adalah gaya kognitif meruangkan.
Pijakan teoritis gaya kognitif meruangkan bertolak dari teori hemisfer yang menjelaskan tentang belahan otak manusia yang terdiri dari belahan kanan dan belahan kiri. Kedua hemisfer ini mempunyai fungsi yang berbeda dalam penghayatan dan penyusunan informasi selama proses belajar.
Kedudukan gaya kognitif dalam proses pembelajaran dapat diabaikan. Hal ini sesuai dengan pandangan Reigeluth bahwa dalam variabel pengajaran, gaya kognitif merupakan salah satu karakteristik siswa yang masuk dalam variabel kondisi pembelajaran, disamping karakteristik siswa lainnya seperti motivasi, sikap, bakat, minat, kemampuan berpikir, dan lain-lain. Sebagai salah satu karakteristik siswa , kedudukan gaya kognitif dalam proses pembelajaran penting diperhatikan guru atau perancang pembelajaran sebab rancangan pembelajaran yang disusun dengan mempertimbangkan gaya kognitif berarti menyajikan materi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik dan potensi yang dimiliki siswa. Dengan rancangan seperti ini, suasana belajar akan tercipta dengan baik karena pembelajaran tidak terkesan mengintervensi hak siswa. Selain itu, pembelajaran disesuaikan dengan proses kognitif atau perkembangan kognitif siswa.
 Resnick and collins mengemukakan bahwa penumbuhan dan pengaktifan proses kognitif sangat erat hubungannya dengan karakteristik proses kognitif siswa. Dengan demikian , untuk meningkatkan proses kognitif dalam diri siswa, diperlukan perhatian terhadap karakteristik setiap individu siswa. Dalam rancangan pembelajaran pengorganisasian model elaborasi dan pengorganisasian buku teks, sebelum rancangan disusun , hal yang dilakukan guru terlebih dahulu adalah mengadakan pengetesan terhadap karakteristik siswa yang diarahkan pada pengetesan tentang kognitif. Dengan pengetesan gaya kognitif tersebut , guru atau perancang pembelajaran dapat mengetahui tentang gaya kognitif yang dimiliki siswa. Paling tidak ditemukan empat kelompok gaya kognitif siswa tersebut sebagaimana diuraikan diatas.

2.3Ruang Lingkup Psikologi Kognitif
Ruang lingkup psikologi kognitif meliputi prosese-proses mental, antara lain:

1. Sensasi dan Persepsi
Sensasi (sensation) mengacu pada penditeksian dini terhadap energi dari dunia fisik. Persepsi (perception) melibatkan kognisi tingkat tinggi dalam penginterpretasian terhadap informasi sensorik.Jadi bisa dikatakan bahwa sensasi itu merupakan pendeteksian terhadap stimuli oleh alat indera yang kita miliki kemudian diinterpretasikan dan inilah yang disebut dengan persepsi. Dengan kata lain bahwa persepsi itu merupakan pemberian makna terhadap pengalaman sensorik.

2. Atensi
Atensi adalah kemampuan seseorang untuk memilih dan memproses informasi tertentu dan mengabaikan informasi lain. Intisari atensi adalah pemusatan kesadaran. Dalam atensi ada pengabaian terhadap obyek-obyek lain agar kita sanggup menangani obyek-obyek tertentu secara efektif.Contoh: Ketika anda menyaksikan tayangan pertandingan sepakbola. Anda mungkin kesulitan untuk memperhatikan aksi seluruh pemain secara bersamaan. Dalam kasus tersebut anda secara terus menerus dibombardir oleh sinyal-sinyal sensorik yang melimpah. Namun dengan adanya atensi maka anda akan memilih stimuli yang mendapat atensi penuh.

3. Memori
Memori adalah elemen pokok dalam sebagian besar proses kognitif. Memori sensoris, memori yang mmpertahankan informasi dunia dalam bentuk sensoris aslinya hanya selama beberapa saat. Memori ada dua macam yaitu memori jangka pendek dan memori jangka panjang. Berikut penjelasannya:
a. Memori jangka pendek merupakan semacam coretan pada pikiran yang terdiri dari apa yang kita sadari secara langsung
b. Memori jangka panjang, bagian dari sistem memori yang menyimpan banyak informasi secara relatif permanen selama periode waktu yang lama, semua yang kita ketahui tetapi tidak dalam kesadaran langsung, memiliki kapasitas yang sangat besar.
Memori memeliki beberapa fungsi yaitu :
1. Menyimpan informasi
2. Menghubungkan peristiwa baru dengan peristiwa sebelumnya untuk memahami peristiwa tersebut
3. Memberikan pengetahuan yang relevan ketika diperlukan.

4. Bahasa
Bahasa adalah suatu bentuk komunikasi, baik lisan, tertulis, atau isyarat, yang didasarkan pada sebuah sistem simbol.Akuisi bahasa terjadi melalui tahapan-tahapan. Celotehan terjadi pada usia sekitar 3-6 bulan, kata pertama pada usia 10-3 bulan, dan ungkapan dua kata pada 18-24 bulan, seiring anak-anak bergerk melampaui ungkapan dua kata, mereka dapat menunjukkan bahwa mereka mengetahui sejumlah aturan morfologis, sebagaimana dibuktikan dalam studi Berko Gleason. Anak-anak juga membuat kemajuan daam fonologi, sintaksis, semantik, dan pragmatik.

5. Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah adalah suatu pemikiran yang terarah secara langsung untuk menemukan suatu solusi/ jalan keluar untuk suatu masalah yang spesifik. Kita menemukan banyak masalah dalam kehidupan sehari-haru kita, sehingga kita akan membuat cara untuk menanggapi, memilih, menguji respons yang kita dapat untuk memecahkan suatu masalah.Menurut para penganut psikologi Gestalt (gestaltist), suatu permasalahan (khususnya masalah-masalah perseptual) ada ketika ketegangan atau stres muncul sebagai hasil dari interaksi antara persepsi dan memori.

6. Kreativitas
Kreativitas adalah suatu aktifitas kognitif yang menghasilkan suatu pandangan yang baru mengenai suatu bentuk permasalahan dan tidak dibatasi pada hasil yang pragmatis (selalu dipandang menurut kegunaannya).dengan demikian, proses kreativitas bukan hanya sebatas menghasilkan sesuatu yang bermanfaat saja ( eskipun sebagian besar orang yang kreatif hampir selalu menghasilkan penemuan, tulisan, maupun teori yang bermanfaat).
Berdasarkan sejarah psikologi kognitif, Djaali (2011) menjelaskan bahwa ada 4 tahapan dalam proses kreatif, yaitu:
  1. Persiapan, memformulasikan suatu masalah dan membuat usaha awal untuk memecahkannya
  2. Inkubasi, masa dimana tidak ada usaha yang dilakukan secara langsung untuk memecahkan masalah dan perhatian dialihkan sejenak pada hal lain
  3. Iluminasi, memperoleh insight (pemahaman yang mendalam) dari masalah tersebut
  4. Verifikasi, menguji pemahaman yang telah didapat dan membuat solusi.
2.3.1 Aplikasi Pembelajaran Kognitif
Menurut piaget, aplikasi teori kognitif dalam pembelajaran yaitu :
1. Memusatkan perhatian pada cara berpikir atau proses mental anak, tidak sekedar hasilnya. Guru harus memahami proses yang digunakan anak sehingga sampai pada hasil tersebut. Pengalaman-pengalaman belajar yang sesuai dikembangkan dengan memperhatikan tahap fungsi kognitif dan jika guru penuh perhatian terhadap pendekatan yang digunakan siswa untuk sampai pada kesimpulan tertentu, barulah dapat dikatakan guru berada dalam posisi memberikan pengalaman yang dimaksud.
2. Mengutamakan peran siswa dalam berinisisiatif sendiri dan keterlibatan aktif  dalam kegiatan belajar. Dalam kelas, pengajaran pengetahuan jadi (ready mode knowledge) anak didorong menentukan sendiri pengetahuan itu melalui interaksi  sponta dengan lingkungan.
3. Memaklumi akan adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan perkembangan. Teori Kognitif mengasumsikan bahwa seluruh siswa tumbuh dan melewati urutan perkembangan yang sama, namun pertunbuhan itu yang berlangsung pada kecepatan berbeda. Oleh karena itu, guru harus melakukan upaya untuk mengatur aktivitas dalam kelas yang terdiri dari individu-individu ke dalam kelompok-kelompok kecil siswa daripada aktivitas dalam kelompok klasikal.
4. Mengutamakan peran siswa saling berinteraksi. Menurut piaget, pertukaran gagasan-gagasan tidak dapat dihindari untuk perkembangan penalaran. Walaupun penalaran tidak dapat diajarkan secara langsung, perkembangannya dapat disimulasikan.
Aplikasi teori Kognitif menurut Gestalt terhadap proses pembelajaran adalah:
1) Pengalaman tilikan (insight), dalam proses pembelajaran sebaiknya para peserta didik memiliki kemampuan memandang sesuatu secara keseluruhan. Untuk itu perlu ada bantuan dari guru dalam mengembangkan kemampuan tersebut melalui kemampuan dalam memecahkan masalah dengan dilihat dari berbagai sudut pandang.
2) Pembelajaran bermakna (meaningful learning), dalam proses pembelajaran hendaknya selalu dihubungkan dengan peristiwa atau objek yang pernah atau sering dialami siswa, sehingga dalam proses pemecahan masalah akan lebih memberikan kemudahan kepada siswa untuk mencari solusinya, sehingga lebih bermakna.
3) Perilaku bertujuan (purposive behavior), dalam proses pembelajaran sebaiknya siswa mengetahui tujuan mereka mempelajari suatu materi agar proses pembelajaran menjadi efektif, karena memudahkan guru menggiring siswa ke arah pencapaian tujuan tersebut. Untuk itu pada awal proses pembelajaran sebaiknya guru mengemukakan tujuan pembelajaran agar siswa mengetahui arah capaian pembelajaran tersebut.
4) Prinsip ruang hidup (life space), dalam proses pembelajaran sebaiknya guru selalu menghubungkan antara proses pembelajaran dengan tuntutan dan kebutuhan lingkungan. Materi pelajaran yang disampaikan hendaknya memiliki padanan dan kaitan dengan situasi dan kondisi yang terjadi di lingkungannya.
5) Transfer dalam pembelajaran (transfer of knowledge), dalam proses pembelajaran sebaiknya guru membantu siswa untuk menguasai prinsipprinsip pokok dari materi yang akan diajarkannya, tujuannya agar siswa dapat menerapkannya dalam situasi-situasi lain yang mungkin berbeda sifatnya.







BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Teori belajar kognitif lebih menekankan bahwa perilaku seseorang ditentukan
oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan
belajarnya. Teori ini lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar. Ilmu pengetahuan di bangun dalam diri seseorang melalui proses interaksi yang berkesinambungan.
2. Kelebihan teori belajar kognitif diantaranya menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri. Sedangkan kekurangannya tidak menyeluruh untuk semua tingkat pendidikan.Pendekatan dalam teori kognitif lebih kepada cara seseorang dalam belajar dan tidak beroientasi kepada hasil belajar.Gaya kognitif merupakan langkah individu dalam memperoleh informasi melalui strategi responsive atau tugas.
3. Teori belajar kognitif lebih menekankan pada belajar merupakan suatu proses belajar yang terjadi dalam akal pikiran manusia atau gagasan manusia bahwa bagian-bagian suatu situasi saling berhubungan dalam konteks situasi secara keseluruhan. Jadi belajar melibatkan proses berfikir yang kompleks dan mementingkan proses belajar.

3.2 Saran
Hendaknya pengetahuan tentang kognitif siswa perlu dikaji secara mendalam oleh para calon guru dan para guru demi menyukseskan proses pembelajaran di kelas. Tanpa pengetahuan tentang kognitif siswa, guru akan mengalami kesulitan dalam membelajarkannya di kelas, yang pada akhirnya mempengaruhi rendahnya kualitas proses pendidikan yang dilakukan oleh guru di kelas. Karena faktor kognitif yang dimiliki oleh siswa merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran di kelas. Faktor kognitif merupakan jendela bagi masuknya berbagai pengetahuan siswa melalui kegiatan belajar baik secara mandiri maupun secara kelompok









DAFTAR RUJUKAN

Djaali, 2011. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara.
Fatimah,Enung. 2006. Psilogi Perkembangan( Perkembangan Peserta Didik).Bandung:CV Pustaka Setia
Ibrahim. 2010. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Pross Pendidikan. Jakarta, Kencana Prenada Media Group.
Sanjaya, Wina. 2010. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Sunarto,dkk.2006.Perkembangan Peserta Didik.Jakarta: PT Renaka Cipta Jarkarta
Surya, Muhammad. 2004. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Pustaka      Bani Quraisy.
Tim Pengembang UPI. 2009. Ilmu Pendidikan Teoritis. Bandung : PT Imperial Bhakti Utama.
Warsita, Bambang. 2008. Teknologi Pembelajaran, Landasan dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta.