“TEORI
BELAJAR KOGNITIF”
Disusun
Oleh :
Azhari
Ulfah A, Ida Fitria Rahma, Indra Lusmana
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Peningkatan
sumber daya manusia haruslah segera dibanggun di Indonesia. Menciptakan
manusia-manusia yang unggul harus diadakan sejak dini melalui pendidikan formal
mapun non formal. Dengan diberlakukannya pandidikan sejak usia dini diharapkan
akan mampu membentuk fondasi dasar sebelum memperoleh ilmu pengetahuan umum,
sehingga ilmu yang akan diperoleh nantinya akan dapat dimanfaatkan dengan
sebaik-baiknya tanpa adanya pihak lain yang dirugikan.
Banyak
Negara mengakui bahwa persoalan pendidikan merupakan persoalan yang pelik.
Negara sebagai lembaga yang menguayakan kecerdaskan kehidupan bangsa merupakan
tugas negara yang amat penting. Namun, di negara-negara berkembang adopsi
system pendidikan sering mengalami kesulitan untuk berkembang. Cara
dan system pendidikannya sering menjadi kritik dan kecaman. Adanya perubahan
sistem pendidikan setiap adanya perubahan mentri pendidikan juga turut
mempengaruhi kualitas pendidikan yang ada di Indonesia.
Pada makalah
ini akan dikaji tentang pandangan kognitif dalam kegiatan pembelajaran. Teori
Kognitif lebih menekankan bahwa belajar lebih banyak ditentukan karena adanya
usaha dari setiap individu dalam upaya menggali ilmu pengetahuan melalui dunia
pendidikan. Penataan kondisi tersebut bukan sebagai penyebab terjadinnya proses
belajar bagi anak didik, tetapi melalui penggalian ilmu pengetahuan secara
pribadi ini diarahkan untuk memudahkan anak didik dalam proses belajar.
Keaktifan siswa menjadi unsur yang amat penting dalam menentukan kesuksesan
belajar. Aktivitas mandiri merupakan salah satu faktor untuk mencapai hasil
yang maksimal dalam proses belajar dan pembelajaran. Para pendidik (Guru) dan
para perancang pendidikan serta pengembang program-program pembelajaran perlu
menyadari akan pentingnya pemahaman terhadap hakikat belajar dan
pembelajaran. Teori belajar dan pembelajaran seperti teori kognitif penting
untuk dimengerti dan diterapkan sesuai dengan kondisi dan konteks pembelajaran
yang dihadapi.
Pada bagian
ini dikaji tentang pandangan kognitif terhadap proses belajar dan aplikasi
teori kognitif dalam rangka meningkatkan prestasi anak didik. Masing-masing
teori pendidikan memilki kelemahan dan kelebihan. Pendidik/pengajar yang
professional akan dapat memilih teori mana yang tepat untuk tujuan
tertentu, karakteristik materi pelajaran tertentu, dengan ciri-ciri siswa yang
dihadapi, dan dengan kondisi lingkungan serta sarana dan prasarana yang
tersedia
1.2
Rumusan Masalah
1. Jelaskan pengertian dan sejarah dari teori
kognitif ?
2. Jelaskan kelebihan dan kekurangan dari teori
kognitf ?
3. Jelaskan ruang lingkup dari teori kogntif serta
pengaplikasiannya pada proses
pemebelajaran ?
1.3
Tujuan
1. Mengetahui pengertian dan sejarah dari teori
kognitif.
2. Mengetahui kelebihan dan kekurangan dari teori
kognitf.
3. Mengetahui ruang lingkup dari teori kogntif serta
pengaplikasiannya pada proses pemebelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Teori Belajar Kognitif
Secara bahasa Kognitif berasal dari
bahasa latin ”Cogitare” artinya berfikir. Dalam pekembangan selanjutnya,
kemudian istilah kognitif ini menjadi populer sebagai salah satu wilayah
psikologi manusia/satu konsep umum yang mencakup semua bentuk pengenalan yang
meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan masalah pemahaman,
memperhatikan, memberikan, menyangka, pertimbangan, pengolahan informasi,
pemecahan masalah, kesengajaan, pertimbangan, membayangkan, memperkirakan,
berpikir dan keyakinan (Djaali, 2011).
Sedangkan secara istilah dalam
pendidikan Kognitif adalah salah satu teori diantara teori-teori belajar dimana
belajar adalah pengorganisasian aspek-aspek kognitif dan persepsi untuk
memperoleh pemahaman (Muhammad, 2004). Dalam model ini, tingkah laku seseorang
ditentukan oleh persepsi dan pemahamannya tentang situasi yang berhubungan
dengan tujuan, dan perubahan tingkah laku, sangat dipengaruhi oleh proses
belajar berfikir internal yang terjadi selama proses belajar.
Secara umum kognitif diartikan
potensi intelektual yang terdiri dari beberapa tahapan, yaitu ; pengetahuan
(knowledge), pemahaman (comprehention), penerapan (aplication), analisa
(analysis), sintesa (sinthesis), evaluasi (evaluation). Kognitif berarti
persoalan yang menyangkut kemampuan untuk mengembang kan kemampuan rasional
(akal).
Model
belajar kognitif merupakan suatu bentuk teori belajar yang sering disebut
sebagai model perceptual. Belajar merupakan perubahan persepsi dan pemahaman
yang tidak selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku yang tampak. Teori ini
berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup
ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi dan aspek kejiwaan lainnya.
Belajar merupakan aktifitas yang melibatkan proses berpikiryang sangat kompleks
(Wina. 2007).
Menurut
pendekatan kognitif, dalam kaitan teori pemrosesan informasi, unsur terpenting
dalam proses belajar adalah pengetahuan yang dimiliki setiap individu sesuai
dengan situasi belajarnya (Wina,
2010).
Apa yang telah diketahui siswa akan menentukan apa yang akan diperhatikannya,
dipersepsi olehnya, dipelajari, diingat atau bahkan dilupakan. Perspktif
kognitif membagi jenis pengetahuan menjadi tiga yaitu sebagai berikut :
1. Pengetahuan
deklaratif, yaitu pengetahuan yang dapat dinyatakan dalam bentu kata atau
disebut pula pengetahuan yang konseptual. Pengetahuan yang deklaratif
rentangnya luas, dapat tentang fakta, konsep, generalisasi, pengalaman pribadi
atau tentang hukum dan aturan.
2. Pegetahuan
procedural, yaitu pengetahuan tentang tahap-tahap atau prosesproses yang harus
dilakukan, atau pengetahuan tentang bagaimana melakukan (how to do).
Pengetahuan ini dicirikan oleh adanya praktik atau implementasi dari suatu
konsep.
3. Pengetahuan
kondisional, yaitu pengetahuan tentang kapan dan mengapa (when and why) suatu
pengetahuan deklaratif dan pengetahuan procedural digunakan. Pengetahuan ini
terkait dengan bagaimana mengimplementasikan baik pengetahuan deklaratif,
maupun procedural. Pengetahuan ini amat penting karena menentukan kapan
penggunaan konsep dan prosedur yang tepat dalam pemecahan masalah.
Dalam
konteks kognivisme yang dianggap pengembanagan teori pemrosesan
informasi yang justru Robert M. Gagne, yang kemudian dikembangkan oleh
Geoerge Miller. Menurut Gangne, dalam pembelajaran terjadi proses peerimaan
informasi yang selanjutnya diolah sehingga menghasilkan keluaran berupa hasil
belajar.
Dalam
pengolahan informasi terjadi interaksi antara kondisi-kondisi internal
dengan kondisi eksternal individu. Kondisi internal adalah kondisi dalam diri
individu yang diperlukan untuk mencapai hasil pembelajaran yang optimal serta
proses kognitif yang terjadi dalam diri individu. Sedangkan kondisi eksternal
adalah
rangsanag dari luar yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran.
Model
pengolahan informasi merupakan model dalam teori belajar yang
menjelaskan kerja motorik manusia yang meliputi Tiga macam system penyimpanan
ingatan, yaitu :
·
Memori sensori, suatu sistem
mengingat stimuli secara cepat.
·
Memori kerja, yaitu memori
jangka pendek.
·
Memori jangka panjang.
Berfungsi menyimpan informasi yang sangat besar dalam waktu yang lama.
2.1.1 Teori Kognitif
Menurut Para Ahli
1. Teori Kogitif Gestalt
Pokok pandangan gestalt bahwa objek atau peristiwa tertentu akan
dipandang sebagai suatu keseluruhan yang terorganisasi (Muhammad, 2004). Pandangan gestalt lebih menekankan kepada perilaku molar.
Implementasi teori Gestalt dalam pembelajaran, antara lain :
-
Pengalaman tilikan
(insight), kemampuan tilikan adalah kemapuan mengenali keterkaitan unsur-unsur
dalam suatu peristiwa.
-
Pembelajaran bermakana (meaningful
learning), kebermakaa unsure-unsur yang terkait dalam proses pembelajaran akan
semakin efektif sesuatu yang dipelajari, hal ini akan sangat penting dalam
pemecahan masalah.
-
Perilaku bertujuan
(purposive behavior), maknanya perilaku terarah pada tujuan. Proses
pembelajaran akan sangat efektif jika peserta didik mengenal tujuan yang ingin
dicapai dari suatu proses pembelajaran tersebut.
-
Prinsip ruang hidup (life
space), bahwa perilaku individu memiliki keterkaitan dengan lingkungan di mana
ia berada. Materi pembelajaran hendaknya memiliki keterkaitan dengan situasi
dan kondisi lingkungan ditempat siswa tinggal dan hidup. Konsep ini
dikembangkan oleh Lewin.
-
Transfer dalam belajar,
transfer belajar akan terjadi apabila peserta didik telah menangkap
prinsip-prinsip pokok dari suatu maslah dan menemukan generalisasi untuk
kemudian digunakan dalam pemecahan masalah.
2. Teori
Kognitif Ausubel
Menurut
Ausubel, siswa akan belajar dengan baik jika “pengatur kemajuan (belajar)” atau
advance organizer didefinisikan dan dipresentasikan dengan baik dan
tepat kepada siswa. Pengatur kemajuan belajar adalah konsep atau informasi umum
yang mewadahi (mencakup) semua isi pelajaran yang akan diajarkan kepada siswa.
David
Ausubel merupakan salah satu tokoh ahli psikologi kognitif yang berpendapat
bahwa keberhasilan belajar siswa sangat ditentukan oleh kebermaknaan bahan ajar
yang dipelajari.Ausubel menggunakan
istilah “pengatur lanjut” (advance organizers) dalam penyajian informasi
yang dipelajari peserta didik agar belajar menjadi bermakna (Ibrahim,2010).
Selanjutnya dikatakan bahwa “pengatur lanjut” itu terdiri dari bahan
verbal di satu pihak, sebagian lagi merupakan sesuatu yang sudah diketahui
peserta didik di pihak lain. Dengan
demikian kunci keberhasilan belajar
terletak pada kebermaknaan bahan ajar
yang diterima atau yang dipelajari oleh siswa..Ausubel tidak setuju
dengan pendapat bahwa kegiatan belajar
penemuan lebih bermakna dari pada kegiatan belajar. Dengan ceramahpun asalkan
informasinya bermakna bagi peserta didik, apalagi penyajiannya sistimatis akan
diperoleh hasil belajar yang baik pula.
Ausubel mengidentifikasikan empat kemungkinan tipe belajar, yaitu :
(1)
belajar dengan penemuan yang bermakna,
(2)
belajar dengan ceramah yang bermakna,
(3)
Belajar dengan penemuan yang tidak bermakna, dan
(4)
belajar dengan ceramah yang tidak bermakna.
Dia
berpendapat bahwa
menghafal berlawanan dengan bermakna,
karena belajar dengan menghafal, peserta didik tidak dapat mengaitkan informasi
yang diperoleh itu dengan pengetahuan yang telah dimilikinya.Dengan
demikian bahwa belajar itu akan lebih berhasil jika materi yang dipelajari
bermakna.
3. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget
Teori perkembangan kognitif disebut pula teori perkembangan
intelektual atau teori perkembangan mental. Menurut Piaget, perkembangan
kognitif adalah suatu proses genetik yaitu suatu proses yang didasarkan atas
mekanisme biologis perkembangan sistem saraf (Wina,2007). Piaget cenderung
menganut teori psikogenesis, artinya pengetahuan sebagai hasil belajar berasal
dari dalam individu. Proses berpikir anak merupakan suatu aktivitas gradual,
tahap demi tahap dari fungsi intelektual, dari konkret menuju abstrak.
Menurut Piaget Secara garis besar skema yang digunakan anak untuk
memahami dunianya dibagi dalam empat periode utama atau tahapan-tahapan
sebagai berikut :
a. Tahap sensory –
motor, yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia 0-2
tahun, Tahap ini diidentikkan dengan kegiatan motorik dan persepsi yang masih
sederhana.
Ciri-ciri tahap sensorimotor :
1. Didasarkan tindakan praktis.
2. Inteligensi bersifat aksi, bukan
refleksi.
3. Menyangkut jarak yang pendek antara
subjek dan objek.
4. Mengenai periode sensorimotor:
5. Umur hanyalah pendekatan.
Periode-periode tergantung pd banyak faktor lingkungan sosial dan kematangan
fisik.
6. Urutan periode tetap.
7. Perkembangan gradual dan merupakan
proses yang kontinu.
b. Tahap pre
– operational, yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia 2-7
tahun. Tahap ini diidentikkan dengan mulai digunakannya symbol atau bahasa
tanda, dan telah dapat memperoleh pengetahuan berdasarkan pada kesan yang agak
abstrak.
c. Tahap concrete
– operational, yang terjadi pada usia 7-11 tahun. Tahap ini dicirikan
dengan anak sudah mulai menggunakan aturan-aturan yang jelas dan logis.Anak
sudah tidak memusatkan diri pada karakteristik perseptual pasif.
d. Tahap formal
– operational, yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia
11-15 tahun. Ciri pokok tahap yang terahir ini adalah anak sudah mampu berpikir
abstrak dan logis dengan menggunakan pola pikir “kemungkinan”.
Perkembangan
skema adalah universal dalam urutannya, artinya semua
pembelajar di seluruh dunia memang harus melewati tahap sensori motor sampai
kepada tahap operasional formal. Menurut Piaget (Ibrahim, 2010)
semua perkembangan skema bersifat universal bagi seluruh umat manusia,
sehingga implikasinya bagi pendidikan adalah kita tidak dapat mengajarkan
sesuatu pada seseorang bila belum ada kesiapan yang merujuk kepada
kematangannya.
Piaget mengembangkan konsep adaptasi
dengan dua varian yaitu asimilasi dan akomodasi. Adaptasi yaitu struktur
fungsional, sebuah istilah yang digunakan Piaget untuk menunjukkan pentingnya
pola hubungan individu dengan lingkungannya dalam proses pengembangan kognitif
(Djaali, 2011). Akomodasi yaitu menciptakan langkah baru atau memperbaharui
atau menggabungkan isitlah/konsep lama menghadapi tantangan baru. Jadi,
asimilasi terjadi perubahan pada objeknya, sedangkan pada akomodasi perubahan
pada subjeknya, sehingga dapat menyesuaikan diri dengan objek yang ada diluar
dirinya.
Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam
pembelajaran adalah sebagai berikut :
-
Bahasa
dan cara berpikir anak berbeda dengan orang dewasa.
-
Anak-anak
akan belajar lebih baik bila dapat menghadapi lingkungan dengan baik.
-
Bahan
yang harus dipejarai anak hendaknya dirasakan sebagai bahan baru tetapi tidak
asing.
-
Berikan
peluang agar anak belajar sesuai dengan tahap perkembangannya.
-
Didalam
kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi
dengan teman-temannya.
Konsep Piaget langkah-langkah
pembelajaran meliputi aktivitas sebagai berikut:
-
Menentukan
tujuan pembelajaran
-
Memilih
materi pembelajaran
-
Menentukan
topik-topik yang dapat dipelajari siswa secara aktif
-
Menentukan
kegiatan belajar yang sesuai dengan topik-topik
-
Mengembangkan
metode pembelajaran untuk merangsang kreativitas dan cara berpikir siswa
-
Melakukan
penilaian proses dan hasil belajar siswa
4.
Teori Discovery Learning dari Jerome S. Bruner
Dasar teori Bruner adalah ungkapan Piaget yang menyatakan
bahwa anak harus berperan secara aktif saat belajar di kelas. Konsepnya dalah
belajar dengan menemukan, siswa mengorganisasikan bahan pelajaran yang
dipelajarinya dengan suatu bentuk akhir yang sesuai dengan tingkat kemajuan
berpikir anak.
Menurut
Bruner seiring dengan terjadinya pertumbuhan kognitif para pembelajar harus
melalui tiga tahapan perkembangan intelektual itu menurut Bruner meliputi :
-
Enaktif,
seseorang belajar tentang dunia melalui respon atau aksi terhadap suatu objek.
-
Ikonik,
pembelajarn terjadi melalui penggunaan model dan gambar-gambar dan visualisasi
verbal.
-
Simbolik,
siswa mampu menggambarkan kapasitas berpikir dalam istilah yang abstrak.
Tujuan pokok pendidikan menurut Bruner adalah guru harus
memandu para siswa sehingga mereka dapat membangun basis pengetahuannya sendiri
dan bukan karena diajari melalui memorisasi hafalan.Teori pembelajaran dari
Jerome Bruner adalah teori pembelajaran konsep atau pembelajaran kategori atau
dikenal sebagai pemerolehan konsep.
Jadi, pembelajaran konsep adalah strategi yang
mempersyaratkan seorang pembelajar untuk membandingkan dan mengontraskan
seorang pembelajar untuk membandingkan dan mengontraskan kelompok-kelompok atau
kategorikategori yang mengandung cirri-ciri konsep yang relevan dengan kelompok
atau kategori yang tidak mengandung cirri-ciri konsep yang relevan. Langkah-langkah
pembelajaran menurut Bruner sebagai berikut :
-
Menentukan
tujuan pembelajaranMelakukan identifikasi karakteristik siswaMemilih materi
pelajaran
-
Menentukan
topik-topik yang dapat dipelajari siswa secara induktif
-
Mengembangkan
bahan-bahan belajar
-
Mengatur
topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yang konkret ke abstrak,
dari tahap enaktif, ikonik, ke simbolik
-
Melakukan
penilaian proses dan hasil belajar siswa.
2.1.2Prinsip Teori Kognitif
Teori
belajar kognitif menjelaskan belajar dengan memfokuskan pada perubahan proses
mental dan struktur yang terjadi sebagai hasil dari upaya untuk memahami dunia.
teori belajar kognitif yang digunakan untuk menjelaskan tugas-tugas yang
sederhana seperti mengingat nomor telepon dan kompleks seperti pemecahan
masalah yang tidak jelas (Djaali, 2011).
Teori
belajar kognitif didasarkan pada empat prinsip dasar:
1. Pembelajar aktif dalam upaya untuk
memahami pengalaman.
2. Pemahaman bahwa pelajar
mengembangkan tergantung pada apa yang telah mereka ketahui.
3. Belajar membangun pemahaman dari
pada catatan.
4. Belajar adalah perubahan dalam
struktur mental seseorang.
Apakah Siswa Aktif ?
Teori
belajar kognitif didasarkan pada keyakinan bahwa peserta didik aktif dalam
upaya untuk memahami bagaimana dunia bekerja, kepercayaan ini konsisten dengan
Piaget dan Vygotsky tentang pemandangan pengembangan pelajar. Pembelajar
melakukan lebih dari sekedar menanggapi. Mereka mencari informasi yang membantu
mereka dari jawaban pertanyaan, mereka memodifikasi pemahaman mereka berdasarkan
pengetahuan baru, dan perubahan sikap mereka dalam menanggapi peningkatan
pemahaman. teori belajar kognitif pandangan manusia sebagai "agen
goal-directed yang aktif mencari informasi.
Siswa Memahami Tergantung Pada Apa
Yang Dia Tahu
Dalam
usaha mereka untuk memahami bagaimana di dunia bekerja, peserta didik
menafsirkan pengalaman baru berdasarkan apa yang mereka sudah tahu dan percaya.
Sebagai contoh, sering anak-anak tetap percaya bahwa bumi ini datar bahkan
setelah guru menjelaskan bahwa itu adalah sebuah bola. Beberapa anak kemudian
menggambar permukaan datar seperti di dalam atau di atas bola. Mereka beralasan
bahwa orang tidak dapat berjalan di atas bola, dan ide dari permukaan yang
datar tadi anak-anak mengetahui dan memahami ide untuk membantu mereka
menjelaskan bagaimana orang dapat berdiri atau berjalan di permukaan bumi.
Contoh ini juga membantu kita melihat mengapa menjelaskan sering tidak efektif
untuk mengubah pemahaman peserta didik (Muhammad, 2004).
Membangun Pembelajar Memahami dari
Rekaman
Pelajar
tidak berperilaku seperti tape recorder, merekam dalam ingatan mereka dalam
bentuk di mana itu disajikan segalanya, guru mengatakan kepada mereka atau apa
yang mereka baca. Sebaliknya, mereka menggunakan apa yang telah mereka ketahui
untuk membangun pemahaman tentang apa yang mereka dengar atau membaca yang
masuk akal bagi mereka. Dalam upaya mereka untuk membuat informasi baru
dimengerti, mereka secara dramatis dapat memodifikasi itu, begitu pula
anak-anak yang membayangkan serabi pada bola. Kebanyakan peneliti sekarang
menerima gagasan bahwa siswa membangun pemahaman mereka sendiri (Ibrahim,2010).
2.2Kelebihan dan Kelemahan Teori
Kognitif
Setiap teori belajar tidak akan pernah sempurna,
demikian pula dengan teori belajar kognitif. Selain itu
setiap teori pembelajaran juga melengkapi dan menambah dari kekurangan
teori-teori pembelajaran yang telah diungkapkan oleh para ahli sebelumnya
(Warsita,2008). Teori pembelajaran kognitif memiliki kelebihan dan kekurangan
yang akan dipaparkan sebagai berikut
Kelebihan Teori Belajar Kognitif
1.
Menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri
Dengan teori belajar kognitif siswa
dituntut untuk lebih kreatif karena mereka tidak hanya merespon dan menerima
rangsangan saja, tapi memproses informasi yang diperoleh dan berfikir untuk
dapat menemukan ide-ide dan mengembangkan pengetahuan. Sedangkan membuat siswa
lebih mandiri contohnya pada saat siswa mengerjakan soal siswa bisa mengerjakan
sendiri karena pada saat belajar siswa menggunakan fikiranya sendiri untuk
mengasah daya ingatnya, tanpa bergantung dengan orang lain dengan.
2. Membantu
siswa memahami bahan belajar secara lebih mudah
Teori belajar kognitif
membantu siswa memahami bahan ajar lebih mudah karena siswa sebagai peserta
didik merupakan peserta aktif didalam proses pembelajaran yang berpusat pada
cara peserta didik mengingat, memperoleh kembali dan menyimpan informasi dalam
ingatannya. Serta Menekankan pada pola pikir peserta didik sehingga bahan ajar
yang ada lebih mudah dipahami.
3. Sebagian
besar dalam kurikulum pendidikan negara Indonesia lebih menekankan pada teori
kognitif yang mengutamakan pada pengembangan pengetahuan yang dimiliki pada
setiap individu.
4. Dengan
menerapkan teori kognitif ini maka pendidik dapat memaksimalkan ingatan yang
dimiliki oleh peserta didik untuk mengingat semua materi-materi yang diberikan
karena pada pembelajaran kognitif salah satunya menekankan pada daya ingat
peserta didik untuk selalu mengingat akan materi-materi yang telah diberikan.
5. Dapat
membantu guru untuk mengenal siswa secara individu sehingga dapat
mengembangkan kemampuan siswa.
Kelemahan Belajar Kognitif
1.
Pada dasarnya teori kognitif ini lebih
menekankan pada kemampuan ingatan peserta didik, sehingga kelemahan yang
terjadi di sini adalah selalu menganggap semua peserta didik itu mempunyai
kemampuan daya ingat yang sama dan tidak dibeda-bedakan.
2.
Adakalanya juga dalam metode ini tidak
memperhatikan cara peserta didik dalam mengeksplorasi atau mengembangkan
pengetahuan dan cara-cara peserta didiknya dalam mencarinya, karena pada
dasarnya masing-masing peserta didik memiliki cara yang berbeda-beda.
3.
Apabila
dalam pengajaran hanya menggunakan metode kognitif, maka dipastikan peserta
didik tidak akan mengerti sepenuhnya materi yang diberikan .
4.
Jika dalam sekolah kejuruan hanya menggunakan
metode kognitif tanpa adanya metode pembelajaran lain maka peserta didik akan
kesulitan dalam praktek kegiatan atau materi.
5.
Dalam
menerapkan metode pembelajran kognitif perlu diperhatikan kemampuan peserta
didik untuk mengembangkan suatu materi yang telah diterimanya.
2.2.1Pendekatan
dalam Belajar Kognitif
Sejalan dengan upaya menerapkan filsafah teknologi
pembelajaran Tut Wuri Hadayani pada semua jenjang pendidikan formal, pendekatan
kognitif mulai menjajaki keberadaan pendekatan perilaku sejak pertengahan
dekade 80-an.
Pendekatan kognitif itu sendiri berangkat pada teori Gestalt
yang memproposisikan bahwa keseluruhan bukanlah penjumlahan dari
bagian-bagiannya. Sebagaimana dideskripsikan Brunner (1975), pembelajaran
hendaknya dapat menciptakan situasi agar siswa dapat belajar dari diri sendiri
melalui pengalaman dan eksperimen untuk menemukan pengetahuan dan kemampuan
baru yang khas baginya. Sedangkan Ausubel (1978) memdeskripsikan agar
pembelajar dapat mengembangkan situasi belajar , memilih dan menstrukturkan
isi, serta menginformasikannya dalam bentuk sajian pembelajar yang terorganisasi
dari umum menuju kerinci dalam satu satuan bahasan yang bermakna.
Dalam pandangan psikologi kognitif, peran guru atau dosen
menjadi semakin menentukan apabila variabel perbedaan karakter individu
dihargai dalam bentuk penyajian variasi pola struktur kegiatan belajar
mengajar. Masalah yang sering muncul pada tahapan aplikasi teori-teori kognitif
dibidang pembelajaran adalah dalam kaitannya dengan pengorganisasian isi pesan
atau bahan belajar dan penstrukturan kegiatan belajar mengajar (Sunarto,2006).
Sehubungan dengan adanya kenyataan empiris tersebut , maka
teori dan teorema kognitif yang ada bisa saja digunakan sebagai acuan umum bagi
setiap jenis cabang disiplin keilmuan. Namun, kemungkinan dapat terjadi bahwa
kefektifan penerapannya pada level kesulitan dan jenis kemampuan pada suatu
bidang studi berbeda dengan bidang studi lainnya. Oleh karena itu, cara yang
dipandang efektif untuk meningkatkan kualitas output pendidikan dari sudut
pandang psikologi kognitif adalah pengembangan program-program pembelajaran
yang dapat mengoptimalkan keterlibatan mental intelektual pembelajar pada
setiap jenjang belajar. Sebagaimana direkomen-dasikan Merril (1983:286),
jenjang tersebut bergerakdari tahapan meningkat, dilanjutkan ke menerapkan,
sampai pada tahap penemuan konsep, prosedur atau prinsip baru dibidang disiplin
keilmuan atau keahlian yang sedang dipelajari.
Dengan mengamati
keaktifan peserta didik , pendidik sebagai pengelola proses belajar dapat
mengetahui kemampuan yang dimiliki peserta didik dalam proses berpikirnya. Anak
usia dini akan belajar dengan baik, jika menggunakan benda – benda kongkrit
untuk menarik minat dan meningkatkan retensi belajar. Pada akhirnya, belajar
memahami akan lebih bermakna daripada belajar menghafal. Agar lebih bermakna,
informasi yang masih baru harus disesuaikan dan dihubungkan dengan pengetahuan
yang dimiliki peserta didik sebelumnya.
2.2.2Gaya
Kognitif dalam Proses Pembelajaran
Salah satu karakteristik siswa adalah gaya kognitif. Gaya
kognitif merupakan cara siswa yang khas dalam belajar, baik yang berkaitan
dengan cara penerimaan dan pengolahan informasi, sikap terhadap informasi,
maupun kebiasaan yang berhubungan dengan lingkungan belajar.
Gaya kognitif merupakan salah satu variabel kondisi belajar
yang menjadi salah satu bahan pertimbangan dalam merancang pembelajaran.
Pengetahuan tentang gaya kognitif dibutuhkan untuk merancang atau memodifikasi
materi pembelajaran, tujuan pembelajaran, serta metode pembelajaran. Diharapkan
dengan adanya interaksi dari faktor gaya kognitif, tujuan, materi, serta metode
pembelajaran, hasil belajar siswa dapat dicapai semaksimal mungkin. Hal ini
sesuai dengan pendapat beberapa pakar yang menyatakan bahwa jenis strategi
pembelajaran tertentu memerlukan gaya belajar tertentu (Fatimah,2006).
Beberapa batasan para ahli tentang gaya kognitif tersebut
diantaranya Witkin mengemukakan bahwa gaya kognitif sebagai ciri khas siswa
dalam belajar.
Shirley dan Rita menyatakan bahwa gaya kognitif merupakan
karakteristik individu dalam berpikir, merasakan, mengingat, memecahkan
masalah, dan membuat keputusan. Sebagai karakteristik perilaku, gaya kognitif
berada pada lintas kemampuan dan kepribadian serta dimanifestasikan pada
beberapa aktivitas dan media. Gaya kognitif menunjukkan adanya variasi antar
individu dalam pendekatannya terhadap satu tugas, tetapi variasi itu tidak
menunjukkan tingkat inteligensi atau kemampuan tertentu. Sebagai karakteristik
prilaku, karakteristik individu yang memiliki gaya kognitif yang sama belum
tentu memiliki kemampuan yang sama. Apalagi individu yang memiliki gaya
kognitif yang berbeda kecendrungan perbedaan kemampuan yang dimilikinya lebih
besar.
Setiap individu mempunyai gaya yang berbeda ketika memproses
informasi. Todd menyatakan bahwa gaya kognitif adalah langkah individu
dalam memproses informasi melalui strategi responsif atas tugas yang diterima.
Pada bagian lain, Woolfolk menunjukkan bahwa didalam gaya kognitif terdapat
suatu cara yang berbeda untuk melihat ,mengenal , dan mengorganisasi informasi.
Setiap individu akan memilih cara yang disukai dalam memproses dan
mengorganisasi informasi sebagai respons terhadap stimulasi lingkungannya. Ada
individu yang cepat merespons dan adapula yang lambat , cara-cara merespons ini
juga berkaitan dengan sikap dan kualitas personal.
Selanjutnya menurut Woolfolk gaya kognitif seseorang
dapat memperlihatkan variasi individu dalam hal perhatian, penerimaan
informasi, mengingat, dan berpikir yang muncul atau berbeda diantara kognisi
dan kepribadian.
Selanjutnya Keefe agak berbeda pandangannya dengan Woolfolk
tentang dimensi gaya kognitif. Menurut Keefe, gaya kognitif dapat dipilah dalam
dua kelompok, yaitu gaya dalam menerima informasi (reception style) dan gaya
dalam pembentukan konsep dan retensi (concept formation and retention style).
Keefe juga menambahkan, bahwa gaya kognitif merupakan bagian dari gaya belajar
, dan gaya berlajar berhubungan dengan kemampuan intelektual.
Pengelompokan gaya kognitif tersebut didasarkan atas dimensi
gaya kognitif yang dikaji dari beberapa hasil penelitian. Dimensi gaya kognitif
dalam menerima informasi meliputi (Warsita,2008) :
1. Perceptual modality prefrrence, yaitu
gaya kognitif yang berkaitan dengan kebiasaan dan kesukaan seseorang dalam
menggunakan alat indranya. Khususnya kemampuan melihat gerakan secara visual
atau spasial, pemahaman auditory atau verbal.
2. Field Dependent-Field Independent, yaitu gaya kognitif yang
mencerminkan cara analisis seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungan.
3. Scanning, yang menggambarkan kecendrungan
seseorang dalam menitikberatkan perhatiannya pada suatu informasi.
4. Strong and Weakness Automatization, yang merupakan
gambaran kapasitas seseorang untuk menampilkan tugas secara berulang-ulang.
Sedangkan dimensi gaya kognitif yang termasuk dalam
pembentukan konsep dan retensi menurut Pettegrew dan Holzman terdiri atas dua
gayakognitif, yaitu :
1. Breath Of Categorization, yang berkaitan dengan
kesukaan seseorang dalam menyusun kategori konsep secara luas atau sempit.
2. Leveling Sharperning, berkaitan dengan
perbedaan seseorang dalam pemprosesan ingatan, yakni antara kesukaan mengingat
sesuatu dengan menyamakan pada hal-halyang telah diingatkannya atau kesukaan
mengingat sesuatu dengan membuat ciri yang baru serta mengingatnya dalam ciri
baru tersebut.
Berdasarkan pemilahan gaya kognitif sebagaimana diuraikan
diatas, dalam konteks penelitian ini yang digunakan sebagai salah satu variabel
adalah gaya kognitif perceptual modality preference, yaitu gaya kognitif yang
berkaitan dengan kebiasaan dan kesukaan seseorang dalam menggunakan alat
indranya , khususnya kemampuan melihat gerakan secara visual atau spasial. Atau
dengan kata lain variabel gaya kognitif yang teliti adalah gaya kognitif meruangkan.
Pijakan teoritis gaya kognitif meruangkan bertolak dari
teori hemisfer yang menjelaskan tentang belahan otak manusia yang terdiri dari
belahan kanan dan belahan kiri. Kedua hemisfer ini mempunyai fungsi yang
berbeda dalam penghayatan dan penyusunan informasi selama proses belajar.
Kedudukan gaya kognitif dalam proses pembelajaran dapat
diabaikan. Hal ini sesuai dengan pandangan Reigeluth bahwa dalam variabel
pengajaran, gaya kognitif merupakan salah satu karakteristik siswa yang masuk
dalam variabel kondisi pembelajaran, disamping karakteristik siswa lainnya
seperti motivasi, sikap, bakat, minat, kemampuan berpikir, dan lain-lain.
Sebagai salah satu karakteristik siswa , kedudukan gaya kognitif dalam proses
pembelajaran penting diperhatikan guru atau perancang pembelajaran sebab
rancangan pembelajaran yang disusun dengan mempertimbangkan gaya kognitif
berarti menyajikan materi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik dan
potensi yang dimiliki siswa. Dengan rancangan seperti ini, suasana belajar akan
tercipta dengan baik karena pembelajaran tidak terkesan mengintervensi hak
siswa. Selain itu, pembelajaran disesuaikan dengan proses kognitif atau
perkembangan kognitif siswa.
Resnick and collins mengemukakan bahwa penumbuhan dan
pengaktifan proses kognitif sangat erat hubungannya dengan karakteristik proses
kognitif siswa. Dengan demikian , untuk meningkatkan proses kognitif dalam diri
siswa, diperlukan perhatian terhadap karakteristik setiap individu siswa. Dalam
rancangan pembelajaran pengorganisasian model elaborasi dan pengorganisasian
buku teks, sebelum rancangan disusun , hal yang dilakukan guru terlebih dahulu
adalah mengadakan pengetesan terhadap karakteristik siswa yang diarahkan pada
pengetesan tentang kognitif. Dengan pengetesan gaya kognitif tersebut , guru
atau perancang pembelajaran dapat mengetahui tentang gaya kognitif yang
dimiliki siswa. Paling tidak ditemukan empat kelompok gaya kognitif siswa
tersebut sebagaimana diuraikan diatas.
2.3Ruang Lingkup Psikologi Kognitif
Ruang lingkup psikologi kognitif meliputi prosese-proses
mental, antara lain:
1.
Sensasi dan Persepsi
Sensasi (sensation) mengacu pada
penditeksian dini terhadap energi dari dunia fisik. Persepsi (perception)
melibatkan kognisi tingkat tinggi
dalam penginterpretasian terhadap informasi sensorik.Jadi bisa dikatakan bahwa
sensasi itu merupakan pendeteksian terhadap stimuli oleh alat indera yang kita
miliki kemudian diinterpretasikan dan inilah yang disebut dengan persepsi.
Dengan kata lain bahwa persepsi itu merupakan pemberian makna terhadap
pengalaman sensorik.
2.
Atensi
Atensi adalah kemampuan seseorang untuk
memilih dan memproses informasi tertentu dan mengabaikan informasi lain.
Intisari atensi adalah pemusatan kesadaran. Dalam atensi ada pengabaian
terhadap obyek-obyek lain agar kita sanggup menangani obyek-obyek tertentu
secara efektif.Contoh: Ketika anda menyaksikan tayangan pertandingan sepakbola.
Anda mungkin kesulitan untuk memperhatikan aksi seluruh pemain secara
bersamaan. Dalam kasus tersebut anda secara terus menerus dibombardir oleh
sinyal-sinyal sensorik yang melimpah. Namun dengan adanya atensi maka anda akan
memilih stimuli yang mendapat atensi penuh.
3.
Memori
Memori adalah elemen pokok dalam
sebagian besar proses kognitif. Memori sensoris, memori yang mmpertahankan informasi dunia dalam bentuk
sensoris aslinya hanya selama beberapa saat. Memori ada dua macam yaitu memori
jangka pendek dan memori jangka panjang. Berikut penjelasannya:
a. Memori jangka pendek merupakan semacam coretan pada
pikiran yang terdiri dari apa yang kita sadari secara langsung
b. Memori jangka panjang, bagian dari sistem memori yang
menyimpan banyak informasi secara relatif permanen selama periode waktu yang
lama, semua yang kita ketahui tetapi tidak dalam kesadaran langsung, memiliki
kapasitas yang sangat besar.
Memori
memeliki beberapa fungsi yaitu :
1.
Menyimpan informasi
2.
Menghubungkan peristiwa baru dengan peristiwa sebelumnya untuk memahami
peristiwa tersebut
3.
Memberikan pengetahuan yang relevan ketika diperlukan.
4.
Bahasa
Bahasa adalah suatu bentuk komunikasi,
baik lisan, tertulis, atau isyarat, yang didasarkan pada sebuah sistem
simbol.Akuisi bahasa terjadi melalui tahapan-tahapan. Celotehan terjadi pada
usia sekitar 3-6 bulan, kata pertama pada usia 10-3 bulan, dan ungkapan dua
kata pada 18-24 bulan, seiring anak-anak bergerk melampaui ungkapan dua kata,
mereka dapat menunjukkan bahwa mereka mengetahui sejumlah aturan morfologis,
sebagaimana dibuktikan dalam studi Berko Gleason. Anak-anak juga membuat
kemajuan daam fonologi, sintaksis, semantik, dan pragmatik.
5.
Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah adalah suatu
pemikiran yang terarah secara langsung untuk menemukan suatu solusi/ jalan
keluar untuk suatu masalah yang spesifik. Kita menemukan banyak masalah dalam
kehidupan sehari-haru kita, sehingga kita akan membuat cara untuk menanggapi,
memilih, menguji respons yang kita dapat untuk memecahkan suatu masalah.Menurut
para penganut psikologi Gestalt (gestaltist), suatu permasalahan (khususnya
masalah-masalah perseptual) ada ketika ketegangan atau stres muncul sebagai
hasil dari interaksi antara persepsi dan memori.
6.
Kreativitas
Kreativitas adalah suatu aktifitas
kognitif yang menghasilkan suatu pandangan yang baru mengenai suatu bentuk
permasalahan dan tidak dibatasi pada hasil yang pragmatis (selalu dipandang
menurut kegunaannya).dengan demikian, proses kreativitas bukan hanya sebatas
menghasilkan sesuatu yang bermanfaat saja ( eskipun sebagian besar orang yang
kreatif hampir selalu menghasilkan penemuan, tulisan, maupun teori yang
bermanfaat).
Berdasarkan
sejarah psikologi kognitif, Djaali (2011)
menjelaskan bahwa ada 4 tahapan dalam proses kreatif, yaitu:
- Persiapan,
memformulasikan suatu masalah dan membuat usaha awal untuk memecahkannya
- Inkubasi,
masa dimana tidak ada usaha yang dilakukan secara langsung untuk
memecahkan masalah dan perhatian dialihkan sejenak pada hal lain
- Iluminasi,
memperoleh insight (pemahaman yang mendalam) dari masalah tersebut
- Verifikasi,
menguji pemahaman yang telah didapat dan membuat solusi.
2.3.1
Aplikasi Pembelajaran Kognitif
Menurut piaget, aplikasi teori kognitif dalam
pembelajaran yaitu :
1. Memusatkan
perhatian pada cara berpikir atau proses mental anak, tidak sekedar hasilnya.
Guru harus memahami proses yang digunakan anak sehingga sampai pada hasil
tersebut. Pengalaman-pengalaman belajar yang sesuai dikembangkan dengan
memperhatikan tahap fungsi kognitif dan jika guru penuh perhatian terhadap
pendekatan yang digunakan siswa untuk sampai pada kesimpulan tertentu, barulah
dapat dikatakan guru berada dalam posisi memberikan pengalaman yang dimaksud.
2. Mengutamakan
peran siswa dalam berinisisiatif sendiri dan keterlibatan aktif dalam kegiatan belajar. Dalam kelas,
pengajaran pengetahuan jadi (ready mode knowledge) anak didorong menentukan
sendiri pengetahuan itu melalui interaksi
sponta dengan lingkungan.
3. Memaklumi
akan adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan perkembangan. Teori
Kognitif mengasumsikan bahwa seluruh siswa tumbuh dan melewati urutan
perkembangan yang sama, namun pertunbuhan itu yang berlangsung pada kecepatan
berbeda. Oleh karena itu, guru harus melakukan upaya untuk mengatur aktivitas
dalam kelas yang terdiri dari individu-individu ke dalam kelompok-kelompok
kecil siswa daripada aktivitas dalam kelompok klasikal.
4. Mengutamakan
peran siswa saling berinteraksi. Menurut piaget, pertukaran gagasan-gagasan
tidak dapat dihindari untuk perkembangan penalaran. Walaupun penalaran tidak
dapat diajarkan secara langsung, perkembangannya dapat disimulasikan.
Aplikasi teori Kognitif
menurut Gestalt terhadap proses pembelajaran adalah:
1)
Pengalaman tilikan (insight), dalam proses pembelajaran sebaiknya para
peserta didik memiliki kemampuan memandang sesuatu secara keseluruhan. Untuk
itu perlu ada bantuan dari guru dalam mengembangkan kemampuan tersebut melalui
kemampuan dalam memecahkan masalah dengan dilihat dari berbagai sudut pandang.
2)
Pembelajaran bermakna (meaningful learning), dalam proses pembelajaran
hendaknya selalu dihubungkan dengan peristiwa atau objek yang pernah atau
sering dialami siswa, sehingga dalam proses pemecahan masalah akan lebih
memberikan kemudahan kepada siswa untuk mencari solusinya, sehingga lebih bermakna.
3)
Perilaku bertujuan (purposive behavior), dalam proses pembelajaran
sebaiknya siswa mengetahui tujuan mereka mempelajari suatu materi agar proses
pembelajaran menjadi efektif, karena memudahkan guru menggiring siswa ke arah
pencapaian tujuan tersebut. Untuk itu pada awal proses pembelajaran sebaiknya
guru mengemukakan tujuan pembelajaran agar siswa mengetahui arah capaian
pembelajaran tersebut.
4)
Prinsip ruang hidup (life space), dalam proses pembelajaran sebaiknya
guru selalu menghubungkan antara proses pembelajaran dengan tuntutan dan
kebutuhan lingkungan. Materi pelajaran yang disampaikan hendaknya memiliki
padanan dan kaitan dengan situasi dan kondisi yang terjadi di lingkungannya.
5)
Transfer dalam pembelajaran (transfer of knowledge), dalam proses
pembelajaran sebaiknya guru membantu siswa untuk menguasai prinsipprinsip pokok
dari materi yang akan diajarkannya, tujuannya agar siswa dapat menerapkannya
dalam situasi-situasi lain yang mungkin berbeda sifatnya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Teori belajar kognitif
lebih menekankan bahwa perilaku seseorang ditentukan
oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan
belajarnya. Teori ini lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil
belajar. Ilmu pengetahuan di bangun dalam diri seseorang melalui proses
interaksi yang berkesinambungan.
2. Kelebihan
teori belajar kognitif diantaranya menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri.
Sedangkan kekurangannya tidak menyeluruh untuk semua tingkat
pendidikan.Pendekatan dalam teori kognitif lebih kepada cara seseorang dalam
belajar dan tidak beroientasi kepada hasil belajar.Gaya kognitif merupakan
langkah individu dalam memperoleh informasi melalui strategi responsive atau
tugas.
3. Teori belajar kognitif lebih menekankan pada belajar merupakan suatu proses
belajar yang terjadi dalam akal pikiran manusia atau gagasan manusia bahwa
bagian-bagian suatu situasi saling berhubungan dalam konteks situasi secara
keseluruhan. Jadi belajar melibatkan proses berfikir yang kompleks dan
mementingkan proses belajar.
3.2 Saran
Hendaknya pengetahuan
tentang kognitif siswa perlu dikaji secara mendalam oleh para calon guru dan
para guru demi menyukseskan proses pembelajaran di kelas. Tanpa pengetahuan
tentang kognitif siswa, guru akan mengalami kesulitan dalam membelajarkannya di
kelas, yang pada akhirnya mempengaruhi rendahnya kualitas proses pendidikan
yang dilakukan oleh guru di kelas. Karena faktor kognitif yang dimiliki oleh
siswa merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan proses
pembelajaran di kelas. Faktor kognitif merupakan jendela bagi masuknya berbagai
pengetahuan siswa melalui kegiatan belajar baik secara mandiri maupun secara
kelompok
DAFTAR RUJUKAN
Djaali,
2011. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara.
Fatimah,Enung. 2006. Psilogi
Perkembangan( Perkembangan Peserta Didik).Bandung:CV Pustaka Setia
Ibrahim.
2010. Perencanaan Pengajaran.
Jakarta: Rineka Cipta.
Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar
Pross Pendidikan. Jakarta, Kencana Prenada Media Group.
Sanjaya, Wina. 2010. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Sunarto,dkk.2006.Perkembangan
Peserta Didik.Jakarta: PT Renaka Cipta Jarkarta
Surya,
Muhammad. 2004. Psikologi Pembelajaran
dan Pengajaran. Pustaka Bani
Quraisy.
Tim
Pengembang UPI. 2009. Ilmu Pendidikan
Teoritis. Bandung : PT Imperial Bhakti Utama.
Warsita, Bambang. 2008. Teknologi Pembelajaran,
Landasan dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta.