Teori Belajar Kontrukivisme dan
Penerapannya dalam Pembelajaran
Kontruktivisme merupakan salah
satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita
merupakan konstruksi (bentukan) kita sendiri, bukan imitasi dari kenyataan,
bukan gambaran dunia kenyataan yang ada. Pengetahuan selalu merupakan akibat
dari konstruksi kognitif dari kenyataan yang terjadi melalui serangkaian
aktivitas seseorang (mahasiswa). Mahasiswa membentuk skema, kategori, konsep
dan struktur pengetahuan yang diperlukan untuk pengetahuan. Pengetahuan
bukanlah tentang hal-hal yang terlepas dari pengamat, tetapi merupakan ciptaan
manusia yang dikonstruksikan dari pengalaman atau dunia yang dialaminya. Proses
pembentukan ini berjalan terus menerus, dan setiap kali terjadi reorganisasi
atau rekonstruksi karena adanya pengalaman baru. Teori ini memberikan keaktifan
terhadap manusia untuk belajar menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan atau
teknologi, dan hal lain yang diperlukan guna mengembangkan dirinya sendiri. Tujuan
dari teori belajar kontruktivisme dalah sebagai berikut:
1. Adanya motivasi untuk siswa bahwa belajar
adalah tanggung jawab siswa itu sendiri.
2. Mengembangkan
kemampuan siswa untuk mengejukan pertanyaan dan mencari sendiri pertanyaannya.
3. Membantu siswa
untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman konsep secara lengkap.
4. Mengembangkan
kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri.
5. Lebih menekankan pada proses
belajar bagaimana belajar itu.
Secara
garis besar, prinsip-prinsip Konstruktivisme yang diterapkan dalam belajar
mengajar adalah:
1. Pengetahuan
dibangun oleh siswa sendiri
2. Pengetahuan tidak
dapat dipindahkan dari guru kemurid, kecuali hanya dengan keaktifan murid
sendiri untuk menalar
3. Murid aktif
megkontruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep
ilmiah
4. Guru sekedar
membantu menyediakan saran dan situasi agar proses kontruksi berjalan lancar.
5. Menghadapi masalah
yang relevan dengan siswa
6. Struktur
pembalajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan
7. Mmencari dan
menilai pendapat siswa
8. Menyesuaikan kurikulum untuk
menanggapi anggapan siswa.
Dari
semua itu hanya ada satu prinsip yang paling penting adalah guru tidak boleh
hanya semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa . siswa harus membangun
pengetahuan didalam benaknya sendiri. Seorang guru dapat membantu proses ini
dengan cara-cara mengajar yang membuat informasi menjadi sangat bermakna dan
sangat relevan bagi siswa, dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide dan dengan mengajak siswa agar
menyadari dan menggunakan strategi-strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru
dapat memberikan tangga kepada siswa yang mana tangga itu nantinya dimaksudkan
dapat membantu mereka mencapai tingkat penemuan.
Adapun implikasi dari teori
belajar konstruktivisme dalam pendidikan anak (Poedjiadi, 1999: 63) adalah
sebagai berikut:
(a) tujuan pendidikan menurut
teori belajar konstruktivisme adalah menghasilkan individu atau anak yang memiliki
kemampuan berfikir untuk menyelesaikan setiap persoalan yang dihadapi.
(b) kurikulum dirancang sedemikian rupa
sehingga terjadi situasi yang memungkinkan pengetahuan dan keterampilan dapat
dikonstruksi oleh peserta didik. Selain itu, latihan memcahkan masalah
seringkali dilakukan melalui belajar kelompok dengan menganalisis masalah dalam
kehidupan sehari-hari.
(c) peserta didik diharapkan
selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang sesuai bagi dirinya. Guru
hanyalah berfungsi sebagai mediator, fasilitor, dan teman yang membuat situasi
yang kondusif untuk terjadinya konstruksi pengetahuan pada diri peserta didik.
Setiap
teori belajar memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Adapun kelebihan
dan kekurangan teori belajar kontruktivisme diantaraya
Kelebihan
a. Berfikir dalam
proses membina pengetahuan baru, murid berfikir untuk menyelesaikan masalah,
menjana idea dan membuat keputusan.
b. Faham :Oleh kerana
murid terlibat secara langsung dalam mebina pengetahuan baru, mereka akan lebih
faham dan boleh mengapliksikannya dalam semua situasi.
c. Ingat :Oleh kerana
murid terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama semua
konsep. Yakin Murid melalui pendekatan ini membina sendiri kefahaman mereka.
Justeru mereka lebih yakin menghadapi dan menyelesaikan masalah dalam situasi
baru.
d. Kemahiran sosial :Kemahiran
sosial diperolehi apabila berinteraksi dengan rakan dan guru dalam membina
pengetahuan baru.
e. Seronok :Oleh kerana mereka
terlibat secara terus, mereka faham, ingat, yakin dan berinteraksi dengan
sihat, maka mereka akan berasa seronok belajar dalam membina pengetahuan baru.
2. Kelemahan
Dalam
bahasan kekurangan atau kelemahan ini mungkin bisa kita lihat dalam proses
belajarnya dimana peran guru sebagai pendidik itu sepertinya kurang begitu
mendukung.
Pengaruh
konstruktivisme terhadap mahasiswa adalah kegiatan belajar adalah kegiatan
aktif mahasiswa untuk menemukan sesuatu dan membangun sendiri pengetahuannya,
bukan proses mekanik untuk mengumpulkan fakta. Mahasiswa bertanggungjawab atas
hasil belajarnya. Ia membuat penalaran atas apa yang telah dipelajarinya dengan
cara mencari makna, membandingkannya dengan apa yang telah diketahuinya, serta
menyelesaikan ketidaksamaan antara yang telah diketahui dengan apa yang
diperlukan dalam pengalaman baru. Belajar merupakanpengembangan pemikiran
dengan membuat kerangka pengertian yang
berbeda. Belajar yang bermakna terjadi melalui refleksi, pemecahan konflik,
dialog, penelitian, pengujian hipotesis, pengambilan keputusan, dll., dan dalam
prosesnya tingkat pemikiran selalu diperbaharui sehingga menjadi semakin
lengkap.
Setiap
mahasiswa mempunyai caranya sendiri untuk mengkonstruksikan pengetahuannya,
yang terkadang sangat berbeda dengan teman-temannya. Jadi sangat penting bagi
dosen untuk menciptakan berbagai variasi situasi dan metode belajar, karena
dengan satu model saja tidak akan membantu mahasiswa yang cara belajarnya
berbeda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar